I LOVE THOSE RANDOM MEMORIES, SO I PUT IT INTO WORDS

Friday, April 27, 2018

NURANI ITU (MASIH) ADA


Postingan ini saya buat atas request teman saya, saat saya asik chat-chatan di grup karena saya dilanda kebosanan saat jaga klinik akibat sepinya pasien. Teman saya bertanya, “Kamu pernah gak nemu pengalaman unik dengan pasien saat jaga?” Seketika itu saya langsung teringat dengan kejadian kira-kira 5 bulan yang lalu dimana saat itu saya sedang off jaga di klinik KUNTI MEDIKA, saat beres-beres di rumah saya ingin mengambil charger Hp yang biasa saya letakan di dalam tas ransel yang selalu saya bawa saat pergi bekerja. Namun saya tidak dapat menemukan charger itu di dalam tas saya, kemudian saya mencari di sekeliling kamar, nihil. Oke, saya kembali mengingat kapan terakhir saya men-charge Hp saya, dan itu adalah kemarin sorenya saat saya jaga sore di klinik KUNTI MEDIKA, berarti saya lupa untuk mencabut charger Hp saya dan masih tertinggal di klinik itu. Haduh, saya males banget sebenarnya untuk bolak balik hanya demi mengambil charger Hp, tapi kalau tidak saya ambil, Hp saya akan mati sampai besok dong! Akhirnya setelah melalui berbagai pertimbangan, saya memutuskan untuk mengambil charger saja, daripada suami marah-marah gara-gara Hp saya mati, ya kan? Jarak lumayan jauh Denpasar-Seminyak itu yang sebenarnya membuat saya malas. Apalagi kalau ditambah kemacetan jalanan saat siang hari,hmm..

Hari itu harusnya yang berjaga pagi adalah para pemilik kliniknya, pemilik klinik adalah seorang perawat dan juga seorang dokter. Saat saya tiba di klinik ternyata mereka sedang sibuk mengurus surat perpanjangan kontrak bangunan klinik dengan si pemilik bangunan, akhirnya saya masuk dan menyapa mereka yang sedang sibuk dan kemudian mengambil charger saya. Mereka bertanya kenapa saya datangnya jauh lebih awal dari jadwal? Yup, saya dijadwalkan jaga sore di sana hari itu, saya lalu menunjukkan charger yang saya ambil, mereka tertawa. Karena saya tiba di klinik sekitar pukul 12.30 dimana udara di luar panas sekali, jadilah saya menumpang ngadem di klinik sekitar 1 jam-an. Kemudian saya berpikir, kenapa saya tidak diam disini saja sambil menunggu jam jaga saya yang mulai pukul 15.00, daripada bolak balik pulang, udah capek panas lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu jam jaga di klinik saja. Hingga mendekati saat pergantian shift, petugas shift sebelumnya sudah pulang namun perawat yang akan berjaga bersama saya belum muncul juga, saya menunggu perawatnya sambil menonton tv kabel tiba-tiba muncullah dua orang laki-laki mengendarai satu motor sport, kemudian salah satu dari mereka  masuk dan berkata,

“Bisa tolong dibersihin luka gak?”

“Oh,ya bawa masuk saja langsung” jawab saya

Setelah melakukan anamnesis singkat dan mnegecek tanda-tanda vital, akhirnya saya rawat luka sendirian tanpa ditemani perawat. Luka di badan pasien cukup banyak, di dominasi luka lecet dan saya yakin itu luka karena kecelakaan lalu lintas, mungkin dia terseret motor yang ia kendarai, karena luka terparah hanya pada satu sisi tubuh saja. Akhirnya saya mengerjakan perawatan luka sambil mengobrol-ngobrol dan menanyakan kronologis kecelakaan dengan pasien, pasien menceritakan kalau dia tadi baru saja dari kosan temannya dan sedang dalam perjalanan menuju kosannya dimana kecelakaan itu terjadi. Dia merantau dari kampungnya yang ada di daerah Bali Utara untuk mencoba peruntungan sebagai pegawai lepasan di sebuah Hotel di daerah Seminyak dan dia baru bekerja 1 bulan di Seminyak. Lalu saya bertanya siapa orang yang menolongnya dan membawanya ke klinik ini, dia bilang ga kenal, orang itu hanya spontan saja membawanya ke klinik saat dilihat dirinya terkapar di jalan. Kemudian saya bertanya pada si penolong yang awalnya duduk di ruang tunggu masuk ke ruang periksa, saya cross check kronologi kecelakaannya, dia pun tidak tahu karena si korban sudah terkapar begitu saja dijalan, dia berkata dia hanya kebetulan saja lewat dan merasa kasihan dengan si pasien yang terkapar di jalan, jadi langsung dia ajak ke sini. Saya basa basi menanyakan asal si penolong sambil tetap merawat luka pasien, ternyata si penolong merupakan perantau dari pulau sebelah. Selesai memberikan obat dan merawat luka (untungnya cuma luka lecet dan tidak terdapat tanda-tanda patah tulang ataupun yang lainnya), si pasien menanyakan apakah saya bawa charger, karena dia ingin menelpon temannya untuk meminta di jemput. Saya berikan charger saya kemudian, dia mulai menghubungi temannya, tapi sayang, temannya sedang sibuk di tempat kerja. Si pasien kemudian berkata pelan pada saya, 

“Maaf dok, saya sedang gak bawa dompet, nanti saya ambil uang ke kos dulu”

“Oh, iya, gapapa, besok dibayar juga gak papa” jawab saya

Si pasien sendiri tidak memiliki jaminan kesehatan apapun untuk dirinya, sehingga termasuk dalam pasien umum. Kemudian si penolong tadi masuk ke dalam klinik (saat proses merawat luka orang yang menolong si pasien keluar, mungkin untuk membeli minum atau apalah, saya juga tidak tau), si pasien mengucapkan terimakasih karena sudah diantar ke klinik dan dia sekarang dia menunggu temannya selesai bekerja untuk menjemputnya. Si penolong kemudian melirik di atas meja, saya sedang menulis data di buku register, dia langsung bertanya, 

“Berapa biayanya dok?”

Saya jawab sesuai dengan nominal ketentuan yang ditetapkan oleh klinik, tanpa basa basi kemudian di keluar membuka sadel motor dan langsung membayar sesuai nominal yang saya katakan sebelumnya, dimana sebelum itu dia sudah di larang oleh pasien agar tidak membayar biaya perawatannya. Tetapi si penolong bersikeras membayar, akhirnya si pasien menangis terharu, saya sendiri juga merasa kagum pada kebaikan hati si penolong. Setelah itu si pasien memeluk penolongnya dan mengucapkan terimakasih. Si penolong kemudian berkata, “Namanya kita di jalan, kita tidak tau apa yang bakal terjadi. Sama-sama harus saling tolong lah” sambil tersenyum. Diluar isu SARA dan saling sindir ataupun saling benci antar ras tau agama yang berbeda, saya melihat secara nyata inilah Indonesia yang sesungguhnya. Toleransi, tolong menolong tidak peduli apapun agama kita, apakah kita saling mengenal atau tidak, saya yakin semua agama mengajarkan umatnya untuk menolong orang yang sedang mengalami kesusahan, karena saya percaya kita masih punya hati nurani.
sumber foto :google