I LOVE THOSE RANDOM MEMORIES, SO I PUT IT INTO WORDS

Thursday, December 28, 2017

PANCAKE COKELAT

Seminggu ini suami saya berada di Bali karena masih liburan menunggu wisudanya. Jadilah setiap pagi sebelum berangkat kerja saya harus menyiapkan kopi dan jajan untuk sarapannya. Agar dia tidak merepotkan Mbok Tut nantinya drumah atau malah dia kesel sama saya karena kopinya tidak berteman. Biasanya saya tinggal menggoreng nugget pisang yang saya simpan di freezer dimana sudah saya buat sebelumnya, namun berhubung nuggetnya sudah habis dan saya juga tidak mungkin pagi ini baru membuatnya, akhirnya saya memiliki ide untuk membuatkannya pancake. Sebelumnya saya memang belum pernah membuat kue ini, namun saya dulu biasa membuat crepes, sepertinya adonannya sama hanya berbeda di bentuk adonan pancake yang lebih mengembang saja. Langsung saja saya berikan resepnya.

Bahan :
  1. 1 gelas belimbing tepung terigu (Rp 8.000/kg)
  2. 3 sendok makan gula pasir
  3. 1 butir telur ayam (Rp 1.000)
  4. 3 sendok makan susu kental manis putih
  5. Seujung sendok teh baking powder
  6. Air secukupnya
  7. Margarin secukupnya (Rp 1.500/sachet kecil)
  8. 1 Sachet susu kental manis coklat (Rp 1.500/sachet)
  9. 1 Sachet Ceres Cokelat (Rp 11.000) *ini bisa dipakai berkali-kali

Alat :
  1. Mixer
  2. Mangkok
  3. Sendok
  4. Teflon
  5. Spatula

Cara membuat :
  1. Masukkan telur, gula pasir dan susu ke dalam mangkok, kemudian kocok dengan kecepatan sedang.
  2. Masukkan terigu perlahan hingga tercampur rata.
  3. Kemudian tambahkan baking powder dan air sedikit demi sedikit hingga konsistensi adonan seperti pasta.
  4. Panaskan Teflon, masukan margarine secukupnya pada Teflon.
  5. Tuang adonan di Teflon membentuk lingkaran.
  6. Balikkan sisi lainnya, jika sudah matang, angkat
  7. Lakukan hingga adonan habis.
  8. Ambil satu pancake, tuangkan susu kental manis coklat taburkan ceres lalu tutup dengan pancake lainnya.
  9. Siap dihidangkan untuk keluarga tercinta

Biaya yang diperlukan untuk membuat 3 porsi pancake ini hanya memerlukan biaya kurang lebih sekitar Rp 10.000 (karena saya tidak menghitung ceres dan tepungnya yang masih sisa banyak sekali).


Saturday, December 9, 2017

BAKWAN UDANG SAYUR

Saya beberapa bulan ini lagi demen banget sama yang namanya masak memasak, trus bahagianya nambah kalau masakannya habis apalagi ada yang minta dibuatin. Waaahhh, senengnya kebangetan! Berasa jago masak kayak chef-chef professional gitu, padahal masih ecek-ecek, tapi gapapa yang penting bisa menyenangkan hati suami dan keluarga. Trus saat tiba-tiba saat timbangan si suami naik dan perutnya makin maju, disuruh jangan buat macem-macem dulu. Tapi gimana dong orang lagi seneng-senengnya masak, ya mungkin nanti jenis masakannya di banyakin sayur ama olahan buah kali ya. Lama-lama pasti bosen juga kalau terus dijejelin sayur ama buah aja, kadang pengen makan gorengan yang chrispy juga kan? Hahaha.. Inilah yang sekarang yang sedang terjadi, dilema antara perut buncit dan keinginan untuk makan gorengan. Karena minggu lalu adik ipar saya lagi praktek belajar masak, dia lagi mau buat bakwan goreng udang sayur. Ya dia minta sedikit saran aja sih dari saya yang dianggap udah mumpuni dalam dunia masak-memasak (padahal baru belajar pas nikah juga lo). Jadinya saya ikut deh ngawasin dalam proses pembuatannya. Buat yang kepengen coba, segera dicoba, cara membuatnya sangat simple dan cepat.

Bahan dan Harga :
  1. Udang segar dikupas ¼ kg (Rp 7.000)
  2. Sayur wortel, toge dan kol (Rp 2.000)
  3. Telur 1 butir (Rp 1.000)
  4. Bawang merah 2 siung
  5. Bawang putih 2 siung
  6. Cabai rawit 1 buah
  7. Tepung sasa bakwan (Rp 5.000)
  8. Garam secukupnya
  9. Merica secukupnya
  10. Minyak untuk menggoreng
  11. Air secukupnya

Cara membuat :
  1. Potong udang dan sayuran sesuai selera. Cuci bersih
  2. Haluskan bawang merah, bawang putih dan cabai.
  3. Kocok telur tambahkan bumbu halus.
  4. Masukkan udang dan sayuran yang sudah dipotong. Aduk rata.
  5. Masukan sedikit demi sedikit tepung sasa bakwan.
  6. Tambahkan air, garam dan merica. Adjust rasa sesuai selera
  7. Tesktur adonan jangan terlalu encer maupun terlalu padat.
  8. Ambil satu sendok makan adonan, goreng dalam minyak panas
  9. Goreng hingga berwarna keemasan
  10. Angkat, tiriskan, sajikan.

Akhirnya si suami juga ikut makan ini gorengan buatan adiknya, haha..ya siapa tahan sih kalo deket-deket ama gorengan yang chrispy dan menggoda ini?

Friday, December 1, 2017

SAMBAL TERASI PEDAS

Akhirnya, saya mulai menulis kembali, kali ini merupakan hal baru yang saya tambahkan di kategori blog ini. Khusus bagian masak memasak, tentunya ini resep ala saya yang mana baru banget jadi punya double job, selain jadi karyawan (you know me as a GP) lalu sekarang ditambah jadi seorang istri a.k.a ibu rumah tangga. Punya suami gembul yang suka makan, menjadi keuntungan tersendiri buat saya, saya yang dulunya waktu masih gadis benar-benar anti masak, dan selalu kesel kalau disuruh masak oleh ibu saya menjadi berubah terbalik setelah melalui masa KKN. Dimana pada saat KKN, kita tidak mungkin terus membeli makanan, terlebih lagi dagang makanan jadi dari posko KKN saya terbilang jauh. Akhirnya, kami semua sepakat untuk mengadakan piket masak tiap hari secara bergantian, jadilah saya dapat giliran masak 2x seminggu selama 1 bulan. Terimakasih program KKN, karenanya saya saat ini bisa memasak setidaknya cukup untuk diri saya dan suami.hehe..

Oke karena ini postingan pertama resep saya, saya akan memulai dari resep yang simple saja. Resep ini saya dapatkan dari salah seorang keluarga suami saya yang tinggal bersama kami, dan setiap hari membantu kami dalam menyiapkan keperluan di rumah, termasuk memasak, kami memanggilnya Mbok Tut. Awal menikah, saya disuguhkan ayam goreng dengan sambel ini oleh mboktut, setelah mencicipinya saya berniat untuk belajar membuat sambel ini karena rasanya mirip sambel yang saya antre beli di Spe**al S***al.
Ayo, saya kenalkan pada bahan-bahan minimalis yang menciptakan sambal ini :

Bahan dan Harga:
  1. 3 buah cabai rawit segar
  2. ½ buah tomat segar
  3. 1/3 sendok teh terasi Lombok yang sudah dibakar sebelumnya
  4. Garam secukupnya

*mungkin harga sambal ini tidak mencapai Rp 2.000 (hahaha..)

Cara membuat :
  1. Taruh cabai, tomat dan terasi lalu ulek hingga halus
  2. Tambahkan garam secukupnya hingga rasanya sesuai selera (siapa tau ada yang suka asi n)
  3. Sambal ini cukup untuk 2 orang (porsi)

Sunday, November 12, 2017

ECHO BEACH CLUB

"Good Time + Good Friend = Amazing Memory"

Entah mengapa akhir-akhir ini saya sulit sekali bertemu dengan teman-teman saya, ya mungkin karena kesibukan masing-masing yang jadwalnya bertabrakan. Tentu saja dengan kesibukan saya juga yang hampir selalu jaga pagi sore, ya namanya kerja.. Kemudian saya membuka kontak dan mulai chat dengan teman-teman saya. Saya memiliki beberapa teman yang akrab, bahkan sejak dari SMP, meski beda SMA dan Universitas, kami selalu keep in touch, setidaknya dengan chat di facebook (zaman dulu SMA), BBM, hingga LINE saat ini. Saya teringat kenangan, kira-kira setahun yang lalu salah satu teman saya Ayu mulai chatting dan mengobrol untuk mengajak ketemuan, karena sudah lama sekali rasanya kami tidak bertemu, lalu saya mencari tanggal yang kosong dan untunglah itu pas dengan off day teman saya. Satu permasalahan terselesaikan, muncul permasalahan baru, mau dimana ketemuannya. Kami berdua adalah tipe yang suka makan sambil mengobrol lama tanpa adanya usikan atau gangguan dari sekitar yang memandang nanar tempat duduk kami, seolah berkata, “Bisa cepetin ga selesai makannya, aku juga mau duduk” jadi kami berusaha mencari tempat hangout yang tidak terlalu ramai tapi tetep asik.

Kami pun menemukan satu tempat yang cukup dekat dengan jarak tempat tinggal kami berdua dan belum pernah kami datangi sama sekali. Echo Beach Club menjadi pilihan kami berdua, terletak di Kabupaten Badung, Echo Beach Club menawarkan pemandangan tepi pantai dengan sunset cantik ditemani makanan lezat. Tempat ini memiliki jarak yang hanya memakan waktu sekitar 15 menit dari rumah saya di Tanah Lot. Kami janjian untuk bertemu di Echo Beach pukul 16.00 sehingga kami memiliki banyak waktu mengobrol sambil menunggu sunset. Saat kami tiba di sana, belum banyak wisatawan yang menempati restoran-restoran di tepi pantai, mungkin akibat sisa hujan beberapa jam yang lalu. Namun para pegawai restoran sudah menempatkan bean bags mereka di pinggir pantai untuk menarik wisatawan untuk datang dan mengunjungi mereka untuk bersantai menunggu datangnya sunset. Saya dan Ayu memilih untuk tidak turun ke pantai, kami berniat untuk bersantai di restoran yang ada di atas. Sebelum mencapai pantai terdapat restoran yang juga menggelar bean bags mereka, kelebihannya karena mereka memiliki bangunan semi permanen sehingga tidak perlu berlarian saat hujan turun karena kita akan aman di sini.

Sembari mengobrol pesanan kami akhirnya datang 1 loyang hawaian pizza yang kami share untuk berdua dan mango juice untuk saya, strawberry juice untuk Ayu. Karena kami baru bertemu setelah sekian lama, banyak hal yang kami obrolkan, hingga menjelang sunset. Meski tertutup oleh mendung, setidaknya saya dapat menangkap rona matahari yang mulai berpamitan pada kami. Kami kemudian sadar waktu sudah mulai menjelang malam, tapi there’s still time for dessert, kami membeli es krim di sebuah stand es krim yang berada tidak jauh dari tempat kami mengobrol dan pembicaraan kami berlanjut lagi, haha.. Akhirnya kami memutuskan untuk pulang setelah melirik jam dan ternyata sudah pukul 20.30. Mungkin lain kali kami perlu merencanakan pertemuan lebih awal, sehingga memiliki banyak waktu untuk mengobrol.



Lokasi  : Echo Beach Club

Budget : 150 ribu/orang (sesuai dengan pesanan kami diatas dan harga bisa berubah sewaktu-waktu)

Monday, October 2, 2017

WARDROBE DAN MAKE UP WEDDING FROM A TO Z

“A Great Dress and Beautiful Make Up Can Make You Remember What Is Beautiful About Life”

Perlu para reader ingat kalau saya adalah orang asli Bali, jadi saya dan abang harus melewati beberapa tahapan sebelum menuju puncak hari H, yaitu hal pertama tentu saja pertemuan dua keluarga kecil terlebih dahulu yang terdiri dari orang tua masing-masing calon mempelai dan mungkin dapat pula hadir paman atau bibi dari pihak ayah kedua mempelai karena di Bali menganut system Patrilinial. Kemudian setelah berdiskusi mengenai hari baik untuk menentukan dilaksanakannya upacara pernikahan, maka kedua keluarga ini akan menentukan tanggal untuk kembali bertemu namun kali ini berserta keluarga besar dari kedua belah pihak, ini terjadi untuk memastikan kembali tanggal pernikahan yang telah dibahas sebelumnya dan juga untuk menentukan acara pertunangan.

Jadi setelah membaca penjelasan singkat diatas, bisa dikira-kira berapa baju yang saya butuhkan dalam rangkaian acara ini,hehe..dan mostly I wear kebaya (ya iyalah kan ini acara banyak tahapan adatnya). Mari kita bahas satu persatu persiapan pakaian yang saya telah lakukan.

1.      Foto Prewedding
Foto prewedding kami putuskan untuk memakai paket dari Prath Photography (baca : THE PREWEDDING) dengan MUA(make up artist) dan WD(wardrobe) dari Cahya Dewi Salon.

2.      Pertemuan Keluarga Besar (Mereraosan)
Pakaian saya saat bertemu dengan keluarga besar calon suami adalah kebaya berwarna oranye berpayet yang sebelumnya saya gunakan 1x saat wisuda, dan syukurnya masih muat di badan saya yang tambah subur ini. sedangkan si abang memakai kemeja dan kamen dengan warna merah muda. Untuk make upnya sendiri saya menyewa MUA freelance yang cukup affordable. (baca : MERERAOSAN)
maaf ini yang sudah diedit

3.      Memadik (Tukar Cincin)
Untuk hari pertunangan atau tukar cincin tanggal 15 September 2017, saya sudah memikirkan konsepnya sejak jauh-jauh hari (sekitar 2 bulanan) sebelum hari H. Nuansa putih saya pilih sebagai tema utama dalam pertunangan kami. Saya, abang dan ibu saya memilih untuk mencari kain kebaya dan bahan jas di Alta Moda, yang menurut saya tempat terlengkap untuk mencari bahan pakaian di Bali. Saya cukup kesulitan untuk  menemukan kain yang saya inginkan, but finally, I’ve found mine, the one with pearl all over the embroidery. Setelah pencarian saya selesai, kami mencari bahan jas untuk abang yang terbilang sangat amat mudah. Pengerjaan kebaya saya sendiri, saya percayakan pada tukang jahit langganan saya dalam membuat kebaya untuk acara saya potong gigi dan wisuda. Sedangkan abang memilih Nik Kwan Taylor untuk membuatkannya jas tangan panjang. Kemudian untuk bawahan saya (kamen), bawahan abang (saput) dan hiasan kepala abang (udeng), saya membeli sepasang kain songket untuk kami di Luhur Busana.(baca : MEMADIK) Sedangkan untuk MUA saya percayakan pada Sarikayana Wedding.

4.      Upacara Pernikahan (Pawiwahan)
Awalnya upacara kami direncanakan dilakukan bulan Oktober, tapi karena hari baik tidak ada dan juga abang ada jadwal uts, sehingga dimajukan menjadi bulan September. Ini sangat berpengaruh terhadap MUA yang kami ingin sewa, karena mereka sudah full booked sampai Oktober. Akhirnya setelah mencari-cari dan bertanya kami menemukan Maharatu Salon yang dapat kami pergunakan jasanya pada tanggal 21 September 2017 nanti. Saat tanggal 21 September nanti saya dan abang akan mengenakan pakaian adat bali yaitu Payas Agung (baca : MEWIDHI WIDANA)

5.      Resepsi Pernikahan
Pakaian untuk resepsi pada tanggal 30 September 2017 sebenarnya sudah kami rencanakan dari awal akan memakai paket make up dan wardrobe dari Cahya Dewi, namun karena beberapa pertimbangan dan request dari orang tua, akhirnya kami memutuskan untuk memakai jasa MUA Cahya Dewi saja sedangkan untuk wardrobe kami akan menyewa ke GS Mode by Sakdek. Nuansa hitam gold yang akan kontras dengan dekorasi pelaminan menurut saya akan membuat saya stand out dan juga terlihat lebih kurus, haha…

Nah itu tadi rincian pakaian yang saya siapkan untuk pernikahan saya ini, rincian ini saya buat agar para pembaca yang ingin menikah di Bali atau menggunakan adat Bali memiliki referensi, selain tulisan ini akan menjadi kenang-kenangan saya nantinya. Jadi sebelum saya melupakan semuanya, lebih baik saya tulis di blog ini, siapa tahu ada yang mengikuti saya dalam memilih wardrobe dan MUA nya nanti.

Saturday, September 30, 2017

PERSIAPAN PERNIKAHAN : PERCETAKAN KARTU UNDANGAN DI BALI

You Are Invited To Our Party

Nah, untuk yang satu ini kami memang cukup lama memutuskannya, diskusi mengenai undangan seperti apa yang akan kami gunakan, lalu tempat cetak undangan yang mana yang akan kami percayakan untuk memproduksi undangan pernikahan kami serta berapa jumlah yang akan kami cetak. Sudah tak terhitung berapa banyak online shop yang kami kunjungi dan kami kirimi e-mail, tapi tetap saja masih ada yang menggajal di hati saya. Abang dan saya menargetkan undangan yang akan datang sekitar 400 orang pada acara resepsi yang kami laksanakan di gedung dan sekitar 100 orang saat acara adat di rumah Denpasar, karena kami yakin tidak semua orang yang kami undang dapat hadir ke acara kami. Saya dan orang tua mendapatkan hasil sekitar 200 orang (dengan pasangan) yang kemungkinan besar datang dalam acara resepsi kami dan sekitar 50 orang yang akan menghadiri acara adat pernikahan kami, sedangkan abang dan keluarganya memiliki jumlah undangan sekitar 202 orang dengan pasangan. What?! Undangan kami berdua sudah melampaui jumlah kapasitas undangan resepsi, haha.. Ternyata si abang memberi tahu saya bahwa jumlah yang dia berikan ke saya itu adalah gambaran kasar jumlah orang yang akan diundang. Tetapi sangat kecil kemungkinan semua undangan itu datang ke acara resepsi kami, dengan lokasi acara yang ada di Bali sedangkan teman-temannya sebagian besar ada di Jakarta dan Lombok. Jadilah perkiraan tamu yang akan dateng untuk acara resepsi kami sebanyak 170 dari pihak abang, sehingga masih dalam rentang kapasitas undangan yang direncanakan. Sedangkan untuk acara adat si abang mendapatkan jumlah yang sama dengan jumlah undangan saya yaitu 50 orang.

Setelah berunding dan memilah berapa jumlah kartu undangan yang perlu kami buat, karena saya mengundang teman seangkatan saya yang berjumlah cukup banyak dengan hanya menggunakan satu kartu untuk angkatan (karena teman-teman saja sudah banyak yang keluar Bali ataupun karena susahnya bertemu, sehingga lebih gampang untuk share undangan di grup). Untuk jenis kartu undangan, awalnya abang menyarankan untuk memakai kipas, karena bisa sekaligus menjadi cinderamata. Akhirnya saya mencari toko atau online shop yang menawarkan harga murah, karena jumlah yang kami perlukan cukup banyak. Kami menemukan online shop yang menawarkan harga cukup murah tapi tempat produksinya di daerah Bantul, Yogyakarta, sehingga kami tidak dapat melihat secara langsung contohnya terlebih dahulu (terkadang foto bisa berbeda dengan aslinya kan?). Saya simpan dulu informasi yang saya dapat, karena saya masih ingin mencari perbandingan ke toko yang lainnya. Namun sayang, kebanyakan toko percetakan atau toko khusus souvenir dan undangan yang ada di Bali memasang harga rata-rata jauh diatas harga undangan dari toko yang di Yogyakarta. Karena dari awal niatnya undangan langsung dijadikan souvenir, saya tetap mencari toko-toko yang menawarkan undangan kipas dengan harga yang murah. Tetapi setelah saya berbicara dengan salah satu WO (yes, we met one WO because we knew that we couldn’t arrange this ceremony by ourselves. So, we decided to hire a WO, I’ll write about how we found our ‘click’ WO on another post) ternyata dia menawarkan mengapa tidak memilih foto di photobooth saja sebagai souvenir, karena pasti akan dipajang dan katanya harganya pun tidak mahal. Abang langsung menyetujui ide itu, lalu saya bertanya ke abang bagaimana kalau rencana undangan kipas itu kita batalkan saja, kita ganti ke undangan yang berupa kartu dan abang pun mengiyakan ide saya.

Beralihlah pencarian saya dari undangan kipas ke undangan berupa kartu, berbagai macam undangan saya lihat dari yang undangan hardcover yang berisi foto hingga undangan yang unik berupa selembar kertas seperti undangan resmi ketua RT. Saya lupa sudah berapa banyak percetakan undangan yang saya kirimi DM (direct message) haha.. Akhirnya pilihan saya jatuh pada sebuah undangan hardcover dengan warna dasar merah tua kecoklatan dengan di depannya terdapat emboss gold “The Wedding” yang sangat klasik dan elegan pada akun instagram Bali Galah dengan harga yang masih terjangkau. Seketika saya langsung mengirimi whatsapp toko tersebut, saya mendapatkan balasan dengan cepat, saya merasa lebih nyaman jika berbelanja dengan penjual yang fast response seperti OS (online shop) ini. Kemudian saya membuat janji untuk bertemu secara langsung karena OS ini berlokasi di Denpasar dan penjualnya pun mengiyakan. Kami menemui penjualnya langsung di rumahnya, saya dan abang memutuskan memesan 300 undangan dengan 275 undangan resepsi dan 25 undangan adat. Penjualnya menyanggupi untuk menyelesaikan dalam waktu 2 minggu, dan itu sangat melegakan kami karena abang balik ke Jakarta 3 minggu setelah kami memesan undangan ini, jadi abang bisa langsung membawa undangan untuk teman-temannya.
ini desain kartu undangan saya



Sebelum dicetak Bali Galah memberikan foto isi dari undangan yang akan di cetak dan meminta saran kami jika ada yang perlu diperbaiki. It was all good and I couldn’t ask more. Di pertengahan minggu ke dua, tinggal beberapa hari sebelum undangan diambil, abang mengatakan bahwa keluarganya kekurangan undangan adat, jadilah kembali kami menghubungi Bali Galah untuk memesan 5 undangan adat tambahan. Inilah yang saya suka, kami tidak dikenai biaya apapun untuk undangan tambahan ini, cukup bayar dengan harga normal per pcs nya. Biasanya minimal tambahan pembuatan undangan sebanyak 50 pcs atau kena biaya tambahan. Akhirnya kami dihubungi bahwa undangan kami telah selesai dicetak dan kami sangat puas dengan hasil akhirnya. Bagi yang berada di Bali dan ingin mencetak undangan, Bali Galah sangat recommended untuk dicoba.


Wednesday, September 27, 2017

20 LAGU PENGIRING PERNIKAHAN

“Music Is A Piece Of Art That Goes In The Ears Straight To The Heart”

Ini merupakan hal yang sangat menyenangkan untuk dibahas dan dicari. Mengapa? Karena saya sangat menyukai music dan saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mendengarkan music. Apalagi berkaitan dengan lagu yang akan dimainkan di acara resepsi kami maupun sebagai backsound video ritual pernikahan kami. FYI, jaman dahulu kala saat saya SMA saya bahkan memiliki catatan lagu-lagu yang ingin saya pakai saat pernikahan nanti, anak abg yang aneh kan.hehehe…tapi tak apa, itu setidaknya sedikit membantu saya saat ini karena saya sudah memiliki bayangan lagu apa yang akan saya jadikan pengiring nanti saat resepsi pada tanggal 30 September. Namun saya tetap mencari-cari lagu yang lainnya, intinya kumpulkan sebanyak-banyaknya agar pilihan lagunya banyak.

Baiklah, cukup basa basinya, sekarang ayo kita lihat lagu-lagu yang masuk di dalam daftar saya

1.      From This Moment By Shania Twain

2.      I Live My Life For You By Firehouse

3.      Pilihanku By Maliq & D Essential

4.      Everything You Do By Christian Bautista

5.      Since I Found You By Christian Bautista

6.      I Believe My Heart By Heart Duncan James & Keedie

7.      I Call It Love By Lionel Richie

8.      I Wanna Grow Old With You By Westlife

9.      If You’re Not The One By Daniel Bedingfield

10.  Nothing Gonna Change My Love For You By Westlife

11.  Never Gonna Leave Your Side By Daniel Bedingfield

12.  Shape Of My Heart By Backstreet Boys

13.  The Glory Of Love By Peter Cetera

14.  Everything I Am By Christian Bautista

15.  Truly Madly Deeply By Savage Garden

16.  Way Back Into Love By Hugh Grant & Haley Bennett

17.  We Could Be In Love By Lea Salonga & Brad Kane

18.  When You Say Nothing At All By Ronan Keating

19.  You’re Still The One By Shania Twain

20.  In Love With You By Christian Bautista & Angeline Quinto



Dari 20 lagu diatas apakah ada yang kalian suka dan ingin masukan ke dalam daftar playlist?

Sunday, September 24, 2017

KOTAK CINCIN PERNIKAHAN NUANSA RUSTIC

“It’s classic yet unique”

Sepertinya semua orang akan menjadi super teliti jika menyangkut tentang pernikahannya, termasuk saya. Saya menjadi cerewet dan sangat selektif dalam memilih perlengkapan pernikahan dari hal terkecil hingga menyangkut hal besar seperti tempat menyelenggarakan resepsi. Dan sekarang saya akan membahas mengenai hal detail lainnya yang sangat saya perhatikan, yaitu ring bearer. Apa itu ring bearer? Ring bearer adalah seseorang yang membawa cincin pernikahan, dalam hal ini saya tidak akan memilih ‘siapa’ tapi ‘apa’ sebagai pembawa cincin kami nanti. Biasanya orang-orang akan menggunakan kotak cincin beludru sebagai ring bearer, namun saat ini nuansa rustic sedang booming dan tempat terrarium pun dapat diubah menjadi ring bearer.

Jadilah saya mencari para penjual kotak terrarium, saya mencarinya di Ace Hardware dan di toko kerajinan tangan namun saya tidak mendapatkan hasil apapun. Akhirnya saya mencarinya di instagram, kemudian saya menemukan Serendipicky, sebuah online shop yang menjual berbagai macam jenis kotak terrarium berbagai ukuran, saya segera menghubungi kontak yang tertera di sana. Ternyata salah satu cabangnya ada di Denpasar, segera saya memesan kotak kaca yang saya inginkan, ternyata saya harus menunggu waktu 2 minggu. It’s okay, toh saya juga tidak terburu-buru untuk menggunakannya. Syukurlah saya sudah menemukan kotak yang saya cari. Namun pencarian ini belum berhenti begitu saja karena saya masih harus mencari hiasan bunga serta tray nya.

Tray atau nampan adalah alas kayu yang akan saya gunakan dibawah kotak kaca yang sudah saya pesan. Saya mendapat referensi ring bearer ini dari instagram setelah melihat bentuk-bentuk ring bearer yang cantik dan unik ini. Sehingga saya berniat membuatnya sendiri sesuai dengan keinginan saya. Untuk tray saya ingin memakai log atau kayu gelondongan yang sudah dipotong tipis mirip talenan, sehingga nantinya bisa dituliskan nama kami berdua di kayu tersebut. Saya menemukan talenan kayu bulat yang saya inginkan di salah satu pasar di daerah Badung. Tinggal minta tolong ke teman saya untuk menuliskan nama kami dan tanggal pernikahan kami nantinya. Untuk hiasan bunganya saya mendapatkannya di toko pernak pernik kerajinan yang saya pertama kali datangi untu mencari kotak kaca, yaitu Toko Satria yang berlokasi di Jalan Setiabudi, Denpasar.


Beginilah hasil akhir dari ring bearer saya, hiasan ini saya sendiri yang mengaturnya dan untuk gulungan yang menjadi tempat bantalan cincin itu merupakan gulungan kain yang saya beli bersamaan dengan bunga hiasannya. Sedangkan mutiara-mutiara yang ada di dalamnya merupakan manik-manik mutiara kepunyaan saya dulu, karena saya dulu suka membuat kerajinan tangan seperti gantungan kunci. Sedangkan untuk tray, saya meminta teman saya Pangestu yang merupakan lulusan S2 seni *uhuk* untuk menuliskannya. Finishing akhir saya menambahkan manik manik berwarna ungu untuk mempercantiknya, ternyata membuat kerajinan seperti ini menyenangkan juga ya..hehe…

Thursday, September 21, 2017

TAHAPAN PERNIKAHAN BALI : MEWIDHI WIDANA

“Dear Husband, You Are The Proof That God Answers Prayers”

Sebenarnya saya sempat bingung sebelum menulis postingan ini, yang saya bingungkan sih tanggal pernikahan kami sebenarnya. Hahaha… itu akibat acara yang dilaksanakan dua kali dan karena saudara-saudara yang menyatakan pawiwahan/pernikahan saya itu berlangsung tanggal 21 September dan ‘ngidih’nya tanggal 15 September. Menurut teman yang sudah menikah tanggal 15 September lah hari pernikahan kami karena alasan berikut ini. Yang pertama saat ‘memadik’ tanggal 15 September 2017, dimana saat itu kami berdua sudah menandatangani berkas catatan sipil dan sudah diupacarai untuk mengesahkan status sebagai sepasang suami istri. Sedangkan tanggal 21 September 2017 kami berdua hanya melakukan ‘mewidhi widana’ atau dalam kata lain memperkenalkan anggota baru (istri) kepada leluhur si suami, yang mana si istri tersebut akan meneruskan garis keturunan keluarga. Alhasil tanggal 15 September lah yang akan saya rayakan tiap tahunnya sebagai wedding anniversary.

Oke, sekarang beralih pada upacara tanggal 21 September dimana dari tanggal 15 September saya sudah tinggal bersama suami *ehem*bukan abang lagi panggilannya* jadi kami berdua bersama-sama dalam membantu persiapan untuk tanggal 21 September, meski tidak banyak yang kami perlu bantu karena banten ‘sesajen’ sudah dibeli di GASES Sesetan sedangkan untuk dekorasi dan konsumsi sudah ditangani WO (SuthaArt). Jadilah saya dan mama mertua hanya mengurus gift bagi para tamu yang kondangan nantinya dengan membuat parcel mini. Sedangkan suami saya mengurus foto yang akan dipajang di saat hari H. Karena kesehatan papa mertua dan nenek mertua saya sedikit terganggu saat itu jadilah disela-sela persiapan acara kami harus ke Rumah Sakit. Ditambah juga dengan tamu yang datang satu persatu tiap hari dari tanggal 15 September hingga 20 September karena alasan mereka tidak sempat datang saat tanggal 21 September jadilah mereka mendahului untuk kondangan sehingga kami harus membagi diri dalam mengurus segala sesuatunya.

Pemasangan tenda, tempat snack dan catering dilakukan h-15 jam, dimana acara direncanakan dimulai pada pukul 9 pagi dan MUA (Maharatu Salon) yang saya booking meminta saya untuk bersiap diri pukul setengah 4 pagi, haha..Akhirnya saya mendahului untuk tidur agar dapat bangun pagi keesokan harinya, yang menemani WO dalam beberes sampai jam 1 pagi adalah mama mertua dan nenek mertua saya, hehe..wanita-wanita strong. Dan alarm pun berbunyi menunjukkan pukul 3 pagi, saya dengan mata ngantuk berusaha untuk ke dapur, setelah berhasil membangunkan suami, yang ternyata sudah rame dengan mama, nenek dan mbo tut. Mama mertua saya bilang kalau dirinya hanya dapat tidur 1 jam, sedangkan nenek mertua saya tidak tidur sama sekali. Mereka menyuruh saya untuk makan sedikit sebagai pengganjal perut karena riasan yang nanti saya pakai akan sangat berat dan ketat. Setelah makan kami berdua pun bergegas untuk mandi, tepat setelah selesai mandi tukang riasnya pun datang, tepat waktu sekali. Waktu yang diperlukan untuk membuat riasan agung Bali adalah 2,5 jam.
foto jam setengah 7 pagi, foto by Maharatu

Pukul 07.00 photografer dari Baliline Photography yang akan mendokumentasikan acara kami datang, akhirnya kami melakukan sesi foto-foto terlebih dahulu. Saat waktu menginjak pukul 8 pagi, para tamu-tamu mulai berdatangan, ibu, bapak dan adik saya nampak datang bersama bibi dan paman saya, keluarga suami saya dari Karangasem pun mulai banyak berdatangan. Tiba-tiba acara yang awalnya dijadwalkan mulai pukul 9 pagi menjadi molor, karena Ida Pedanda ‘orang suci’ terlebih dahulu menyelesaikan upacara di daerah Jimbaran, baru kemudian ke tempat kami. Akhirnya acara baru dimulai pukul 12.00 dan selesai pukul 14.00, meskipun begitu saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kelancaran dalam acara kami ini karena tidak adanya halangan yang berat terjadi saat upacara ini dilaksanakan. Ini tentu juga berkat doa dan dukungan dari semua keluarga, kerabat serta teman-teman. Ritual upacara memang semua telah terlewati dengan baik, kini kami tinggal mempersiapkan acara resepsi yang akan diadakan pada tanggal 30 September 2017. Kami mohon doakan acara resepsi kami berjalan dengan lancar seperti acara-acara sebelumnya ya reader… 

Beberapa hasil jepretan dari Baliline Photography, recommended deh Bli fotografernya, full day jepret dengan harga terjangkau. Hasil foto langsung bisa diterima 2 hari setelahnya dengan yang sudah diedit.
mitta, mama, saya,suami,bapak, opi
*eh ada dua opi sekarang di rumah

bapak, dek ita, saya, suami, ibuk




sungkeman ke mertua dulu

suami kepo liat istrinya ketawa-ketawa

Friday, September 15, 2017

TAHAPAN PERNIKAHAN BALI : MEMADIK

"Every Love Story Is Beautiful, But Ours Is My Favorite"

Tanggal 15 bulan Juli 2013, saya memutuskan untuk menanyakan kepada ibu saya apakah saya boleh pacaran dengan pacar saya yang sekarang (abang). Rasanya sangat campur aduk seperti nano-nano, takut tapi pengen, haha.. begitu diberikan ijin lega sekali rasanya. Memang tidak mudah untuk menjalani masa pacaran dengan gangguan dari sana-sini *ups* apalagi ditambah dengan LDR, ya 1 tahun pertama kami memang tidak LDR karena si abang mendapatkan penempatan di Bali, namun tahun kedua hingga ketiga merupakan tahun dimana si abang mulai pulang pergi Lombok-Denpasar dengan frekuensi bertemu yang hampir seminggu sekali, dan juga Lombok-Klungkung saat saya internship di RSUD Klungkung namun frekuensi bertemu sudah mulai bertambah jarang hanya 2 minggu sekali, nah tahun keempat level LDR kami sudah memasuki tingkat advance hehe.. hanya ketemu tiap liburan semester saja.

Namun tanggal 15 September 2017, memasuki perjalanan menuju tahun kelima, status saya dan abang sudah menjadi mantan. Kami sudah tidak pacaran lagi melainkan kami sudah sah menjadi suami istri, perjalanan menuju tanggal ini penuh dengan perjuangan. Begitu pula di hari itu sendiri, memerlukan perjuangan ekstra agar tangis ini tidak pecah, perlu kesadaran bahwa status kini telah berganti menjadi istri orang dan sudah saatnya berhenti untuk bersikap egois lalu memulai belajar menjadi istri yang baik. Sesuai dengan adat orang Bali, pernikahan dilangsungkan melalui beberapa tahapan seperti yang sebelumnya saya sudah posting dan postingan kali ini merupakan acara inti dari pernikahan yaitu mengesahkan saya dan si abang sebagai sepasang suami istri. Hari ini pula saya akan ‘dipadik’ atau ‘diminta’ oleh keluarga si abang untuk menjadi menantunya. Tahapan acara yang dilangsungkan saat tanggal 15 September 2017 ini adalah membawa tipat (ketupat)-jaje bantal (jajan khas bali) sejumlah yang ditentukan dari pihak laki-laki ke pihak perempuan sebagai symbol mahar/mas kawin. Kemudian dilanjutkan dengan menandatangani dokumen dari pihak kelian adat (ketua adat) dan kelian dinas (ketua rw) dimana nantinya agar akta pernikahan kami bisa segera diurus.

Tahapan terakhir adalah prosesi ‘mepamit’ di sanggah saya atau sembahyang kepada para leluhur untuk memberitahukan bahwa saya akan segera menjadi anggota baru dari keluarga si abang. Disinilah tangis semua keluarga mulai pecah, tangis saya yang sudah saya tahan dari H-2 sudah tidak bisa dibendung lagi, meski sudah berusaha berpikiran positif, kalau setelah menikah pun nanti saya akan bisa kembali ke rumah dengan mudah *yaiyalah*, ya tapi karena banyak saudara saya yang menangis, membuat tangis saya pun tak terbendung lagi. Prosesi ini merupakan prosesi terakhir yang dilakukan di rumah mempelai wanita. Dilanjutkan kemudian di rumah mempelai pria, yang mana berarti saya harus berpamitan dengan seluruh keluarga saya yang hadir di rumah kala itu untuk menuju rumah si abang. Entah berapa kali saya menangis kemudian berhenti menahannya, lalu menangis lagi, namun moment pamitan ini yang paling membuat perasaan campur aduk. Orang yang menangis bukan hanya keluarga inti saja namun tetangga-tetangga saya yang hadir disana pun ikut menangis, di saat seperti itu saya merasa sedih sekaligus bahagia karena saya merasa kehadiran saya sangat berarti di mata keluarga dan juga orang lain. 

Setelah berada di rumah abang yang berlokasi di Denpasar, kami harus menunggu pemangku ‘orang suci’ untuk memulai upacara ‘pebyakaonan’ yang bertujuan untuk membersihkan diri kemudian dilanjutkan dengan upacara ‘mekalan-kalan’ yang dimana sarat dengan makna penyatuan dua orang untuk mulai memasuki masa Grhasta Asrama atau berumahtangga, saat upacara mekalan-kalan selesai, saya dan abang sudah sah menjadi sepasang suami istri. Namun prosesinya belum berhenti sampai disini, masih ada prosesi lanjutan pada tanggal 21 September 2017 nanti, yang akan saya posting kemudian hari. Melalui postingan ini juga saya mengucapkan beribu terimakasih kepada semua keluarga dan tetangga yang telah membantu acara kami hingga berjalan lancar seperti ini.