I LOVE THOSE RANDOM MEMORIES, SO I PUT IT INTO WORDS

Monday, August 14, 2017

KULINER LOMBOK : AYAM TALIWANG PAK UDIN

“Good Food Is Good Mood”

Sebenarnya postingan ini menurut saya kadaluarsa banget, bayangin aja, saya makan di sini dua tahun lalu sedangkan saya membuat reviewnya baru sekarang. Tapi tak apalah, demi kelengkapan cerita liburan saya di Lombok, saya rela mebongkar ingatan saya ke bulan Agustus 2015 lalu, di saat saya pertama kali liburan ke luar kota tanpa ditemani keluarga ataupun guru sekolah (study tour), haha… Seperti yang sudah saya jelaskan di postingan KUTA LOMBOK, saya liburan hanya bersama adik saya, dan dijemput sama abang di Bandara. Pesawat kami landing sekitar pukul 18.30 jadi memang tepat waktunya untuk makan malam. Nah, si abang tau nih kita baru pertama kali ke Lombok, jadi diajaklah kami makan ke tempat makan khas Lombok, apalagi kalau bukan ayam taliwang.

Jadi kami segera meluncur ke kota Mataram mencari rumah makan taliwang, serta check in di hotel Lombok Raya yang akan saya dan adik tempati selama 2 malam ke depan. Kata abang sih banyak banget rumah makan yang menyediakan ayam taliwang dari yang emperan sampai yang berupa restoran, tapi ada satu yang terkenal dari dulu, yaitu Ayam Taliwang Pak Udin dan kami memutuskan untuk mencoba makan di sana. Rugi aja, masa ke Lombok ga coba makanan khasnya di rumah makan yang terkenal. Sesampainya di sana, ternyata kabar kemasyuran ayam taliwang Pak Udin memang benar adanya, untuk parkir saja susahnya minta ampun. Akhirnya kami rela menunggu sekitar 10 menit agar mendapatkan tempat parkir yang layak.
sumber foto : google
Masuk ke dalam, suasana di rumah makannya saya rasakan jauh dari kesan fancy, orang-orang sibuk sendiri dengan santapannya, tidak ada yang peduli dengan foto-foto selfie atau bahkan mencari spot yang instagramable. Sepertinya mereka semua terhipnotis dengan cita rasa yang disuguhkan oleh Pak Udin ini, haha.. Saya bertanya pada abang, apa yang sebaiknya saya pesan, karena saya ini kan baru pertama kali kesini, jadi biar ga mesan makanan yang ‘failed’. Tapi kata abang disini ga ada makanan yang ‘failed’ karena pasti cocok di lidah kami yang doyan pedas. Lalu abang menyarankan untuk memesan ayam bakar madu saja, sebagai awal percobaan. Untuk harga per porsi, saya lupa, karena abang yang membayar, hehe..

Sekitar 15 menit setelah kami memesan kepada waiternya, pesanan kami disajikan, hmm…dari aromanya saja sudah menggugah selera. Ga perlu  basa basi, kami langsung melahap makanan yang ada di depan kami. Porsi ayamnya, lebih kecil dari ayam biasa, mungkin karena yang dipakai adalah ayam kampung, ditambah sambal beberuk yang khas Lombok, merupakan paduan yang pas. Namun bagi pecinta makanan pedas, saya sarankan pesan ayam bakar plecing, karena tingkat kepedasannya lebih nendang disbanding ayam bakar madu yang lebih mengarah ke pedas manis. Bagi yang ingin mencicipi ayam bakar taliwang Pak Udin ini dapat berkunjung ke Jalan Gelatik No 2B Cakranegara dan buka dari pukul 17.00-24.00.

Wednesday, August 9, 2017

TAHAPAN PERNIKAHAN BALI : THE PRE WEDDING

“Photography is a way of feeling, of touching, of loving”

This is how I and abang feel right now, we’re overjoyed. Bahagia sekali rasanya hubungan yang kami jalani selama 4 tahun ini akhirnya melangkah ke jenjang yang lebih serius. Salah satu tahapan dalam memulai proses ini adalah mengabadikan kebahagiaan kami lewat kilatan cahaya. Kami berdua benar-benar mempersiapkan segalanya dari jauh-jauh hari karena kami tahu jarak Jakarta-Bali agak menyulitkan untuk mencari segala sesuatunya dalam waktu singkat. Setelah mengirimkan puluhan email kepada puluhan photographer akhirnya pilihan kami jatuh pada Prath Photography yang mana sudah banyak dipercaya jasanya oleh teman-teman kuliah saya dalam mengabadikan foto pre wedding mereka. Paket yang ditawarkan oleh Prath Photography juga beragam, saya dan abang akhirnya memilih paket yang dirias oleh Cahya Dewi Salon dimana salon ini merupakan salah satu salon yang sudah sangat terkenal di Bali karena riasannya yang memuaskan.

Karena sudah merasa yakin untuk memilih paket ini dan kami memutuskan untuk melakukan sesi foto tanggal 9 Agustus 2017, agar berbarengan dengan liburannya abang. Sebelum kami melakukan pemotretan tentunya kami harus melakukan fitting baju dan juga berdiskusi untuk menentukan lokasi untuk foto nantinya. Dan, kami melakukan fitting baju hari minggu 30 Juli 2017, sebelumnya kami memang bingung ingin memakai baju model apa (bali klasik atau bali modern modifikasi) tapi dengan berbagai pertimbangan dan kegalauan (pertimbangan tempat dan entah kegalauan apa saya juga lupa, intinya kami galau saja without reason). Dengan bantuan ibuk yang saya amat sayangi dan cintai, akhirnya saya memutuskan untuk memakai pakaian bali modern modifikasi berwarna hitam-ungu. Abang pun setuju untuk memilih pakaian itu, maka saat tanggal 30 Juli itu kami sudah sepakat dengan pilihan tersebut. Pakaian yang kami pilih ternyata bagus dan tidak ada cacatnya, meskipun sebelumnya telah dipakai beberapa orang. Tapi tidak ada lobang-lobang pada tile baju saya, dipastikan pakaian ini dirawat dengan baik.

Fitting baju saya berlangsung cepat, tapi take times for abang, entahlah karena mungkin jas safarinya banyak macam yang berwarna sama (hitam dengan hiasan ungu), sehingga abang harus membandingkan yang satu dengan yang lain terutama untuk ukurannya. Kemudian abang harus memilih dari sekian banyak udeng (hiasan kepala laki-laki) yang akan dia pakai nanti. Mungkin reader merasa aneh, kenapa lebih rempong yang laki-laki daripada yang perempuan. Alasannya karena saya sudah memilih riasan dan jenis hiasan kepala yang nantinya akan saya pakai sebelum datang ke Cahya Dewi untuk fitting, jadi saya hanya tinggal menunjukkan foto contoh yang saya inginkan, lalu mencoba bajunya (I dunno what the size of the cloth is, but for the waist is too big, the lady that served us told me that they can resize the cloth for me).

Kami mengunjungi kantor Prath Photography setelah selese dengan segala urusan di Cahya Dewi, kami masuk ke kantornya dan bertemu langsung dengan owner sekaligus fotografernya, bli Yuda. Bli Yuda orangnya sangat asyik diajak konsultasi, terutama bagi kami yang awam dengan masalah fotografi. Beliau menjelaskan lokasi-lokasi foto dari yang terdekat hingga yang terjauh, berapa waktu tempuh dari denpasar, serta kekurangan dan kelebihan masing-masing tempat foto. Sehingga kami memiliki gambaran tempat mana yang akan kami pilih untuk dijadikan lokasi foto. Kami memiliki 2 kandidat tempat, yaitu Sangeh dan Art Centre. Pertimbangannya adalah :
  1. Sangeh itu tempatnya masih agak jarang dipakai untuk foto, tempatnya adem karena itu memang hutan sehingga spot foto terkesan monoton dengan nuansa alam meski ada juga spot khas Bali dengan ukiran, namun jarak tempuhnya yang cukup jauh, 1 jam perjalanan dari Denpasar (masalahnya saya pakai riasan lengkap dengan hiasan kepala lo, itu berat L) dan lagi kami harus bangun jam 4 pagi untuk make up, agar jam 7 pagi sudah berangkat ke Sangeh ( I give up, I mean, We give up)
  2. Art Centre memang merupakan tempat pre wedding sejuta umat terkesan biasa karena sudah banyak yang foto disini, tapi tempat ini memiliki banyak spot foto dari yang khas bali hingga nuansa alam. Ditambah lagi lokasinya yang dekat dan pengambilan foto dilakukan pukul 4 sore (thanks god)
    ini foto saat sudah selesai pemotretan
Akhirnya pilihan jatuh pada Art Centre,haha..ketauan banget males bangunnya. Oh ya, sesuai dengan peraturan daerah yang telah ditetapkan bahwa untuk pemotretan tempat wisata di Bali dikenakan biaya, dan biaya untuk melakukan pemotretan di Art Centre adalah sebesar Rp 500.000,00. Proses pemotretan dilakukan dari jam 3 sore karena kami selesai berias lebih cepat dari yang diperkirakan, durasi pemotretan kurang lebih 2 jam. Selama pemotretan dengan bli Yuda kami ngerasa enjoy banget, bli nya santai dan sabar banget mengarahkan kami berdua yang kayak robot awam photography. Mungkin saya belum bisa posting foto pre wedding kami, karena harus melalui proses editing, kalau nanti sudah jadi saya akan menshare hasil foto kami di blog ini. Ya, siapa tahu ada pembaca yang ingin mencari referensi untuk pre wedding. Sampai jumpa di postingan selanjutnya reader :*
teaser foto
Beberapa foto yang belum di edit :





Saturday, July 22, 2017

TAHAPAN PERNIKAHAN BALI : THE PROPOSAL

“Will You Let Me Be Your Future Son and Be The King Of You Daughter’s Heart?

Awalnya saya sempet kesel sama si abang, gimana enggak, saya kan sukanya menghayal-hayal gitu, pengennya kalo dilamar nanti itu biar surprise, kalo bisa ala-ala flashmob di youtube. Tapi ya khayalan tinggal khayalan, si abang malah uda sering ngomong ama saya kalo doi mau ngajak saya nikah, dan berulang kali kami bertengkar karena saya terus mengundur-undur waktunya. Harusnya saya seneng karena si abang serius kan? Gitu kata abang. Bukannya saya bermaksud untuk menghalangi niat baik si abang, namun ada beberapa hal yang perlu saya selesaikan terlebih dahulu. Tetapi saya tidak akan pernah merintangi niat baik abang untuk sekedar berbicara serius kepada orang tua saya, meminta ijin untuk meminang putri mereka setahun lagi setelah semua urusan saya selesai. Saya sangat beruntung bertemu dengan seorang pria yang bertanggungjawab dan sangat pengertian terhadap kondisi saya dan cita-cita saya. Saya lupa tanggal persis kejadian ini, namun saya ingat ini terjadi di bulan Desember 2016.

Awalnya kami merencanakan untuk mengatur pertemuan ini di restoran The Ulam dengan konsep gubug-gubug kecil di daerah Tanah Lot niatnya biar pembicaraan kami lebih private, saat itu saya bela-belain pulang lepas jaga internship di Klungkung untuk pulang ke Tabanan demi mengatur pembicaraan ini agar lebih nyaman. Dan waktu yang dinantikan tiba juga, si abang menjemput kami bertiga (adik saya gak ikut karena lagi di kosannya ngerjain tugas kuliah) menuju ke tempat yang kami sudah rencanakan. Dengan perasaan yang campur aduk dan pakaian yang ga sesuai sikon yaitu dress hitam diatas lutut (harusnya pakai jeans saja biar enak duduknya), padahal awalnya niat makan di gubug biar private, tapi sepertinya kami memang tidak ditakdirkan makan di gubug kecil itu, ya jadinya makan di areal gazebonya. Setelah memesan makanan (padahal sebelum pulang saya dan abang sudah makan ikan bakar di Klungkung) kami baru mulai makan dan belum mulai ngobrol kearah situ tapi hati saya sudah berdetak ga karuan. Akhirnya si abang memulai membuka pembicaraan kearah yang lebih serius, “Pak, Bu, rencananya tahun depan saya dan Opi mau menikah” Seketika itu kedua orang tua saya berhenti menyuap makanannya dan Bapak berkata, “Oh,iya kalau memang sudah waktunya. Bapak dan Ibu sebagai orang tua hanya bisa mendukung” Terlihat ibu saya berkaca-kaca, saya pun hanya terdiam, tidak tahu bagaimana perasaan beliau saat itu, tapi saya yakin Ibu saya jelas menginginkan anaknya bahagia. Pembicaraan pun mengenai kapan ingin melangsungkan rencana dan hal-hal seputar pernikahan lainnya. Diwarnai dengan wejangan khas orang tua kepada anaknya yang akan menikah (walau 1 tahun lagi) karena seperti yang kalian ketahui kami sedang LDR bahkan mungkin saat sudah menikah pun akan tetap menjalani LDR. "Yang terpenting bisa menjaga komitmen bersama dan saling menjaga diri, serta jangan pernah melupakan keluarga" Duh, kalo udah begini jadi baperan dan sedih kan ya, "Bapak Ibu i will always be your lil' princess, eventhough i will become his queen" ngomong sendiri dalem hati.

Pertemuan pertama dalam mengawali langkah besar dalam hidup saya dapat dibilang sukses, meski perasaan saat itu sangat tidak karuan tapi saya sangat amat bahagia. Saya sangat bersyukur diberikan orang tua dan calon pasangan hidup yang sangat mendukung dalam berbagai hal. Terimakasih Tuhan dan kami mohon doa restu dari para reader untuk kelancaran tahapan selanjutnya. Dan saya akan terus berbagi melalui tulisan saya di blog ini, selain berbagi kebahagiaan, saya nantinya juga ingin berbagi pengalaman dalam mempersiapkan hal besar dalam hidup ini.

Saturday, July 15, 2017

PENCARIAN CINCIN NIKAH

“Ring finger’s up!!”

Kali ini saya akan berbagi kebahagiaan bersama para reader blog saya, I’m getting married!!!! I’m so excited yet so nervous, haha.. kayaknya semua calon pengantin mengalami hal yang sama seperti saya, bahagia, gugup, bersemangat akan campur aduk jadi satu. Akhirnya setelah menjalani masa pacaran selama kurang lebih 4 tahun bersama abang, kami siap untuk melangkah ke depan bersama-sama sebagai sebuah keluarga. Mohon doa restu dari para reader semoga acara kami berjalan dengan lancar.

Tujuan saya membuat postingan tentang beberapa hal yang perlu disiapkan untuk acara pernikahan kami bukan untuk pamer sehingga saya tidak akan mencantumkan berapa biaya yang kami keluarkan namun saya tidak akan mensensor nama-nama yang membantu saya mewujudkan pernikahan impian saya, ya sekalian bantu promosi hehe…. Namun disini saya berkeinginan untuk sharing, karena jujur saja kami sudah merencanakan acara ini sejak satu tahun yang lalu, namun kami belum memiliki bayangan apa saja yang kami perlukan. Akhirnya kami berdua searching google dan kami hanya mendapatkan beberapa informasi secara umum saja, ada satu blog yang menurut saya cukup mendetail mengenai penyewaan gedung dan pemilihan cincin. Saya bersemangat menunggu postingan-postingan selanjutnya, namun ternyata itu tidak berlanjut, sehingga saya hanya memiliki sedikit bayangan tentang apa yang perlu disiapkan. Untuk itu akhirnya saya dan abang bertanya kepada teman-teman yang baru saja menikah, bagaimana perincian biaya dan apa yang harus ada dan apa yang tidak wajib ada karena kami memiliki budget tertentu, bukannya dana yang limitless. Saya juga yakin pasti banyak pasangan di luar sana yang sama seperti kami, kebingungan saat awal persiapan. Jadi saya memutuskan untuk menulis setiap detail yang saya ingat di blog ini.

Oke, kita mulai dengan pencarian cincin kawin (nikah), abang sih sebenarnya ‘nrimo’ aja mau desainnya kayak gimana, asal polos dan ga isi mata (batu) di cincinnya dia nanti. Jadilah saya yang searching model cincin sendiri, lalu memilih kandidat cincin, dan itu pun langsung disetujui dengan cepat oleh abang. Kemudian bulan Desember 2016 kami memutuskan mulai mencari ke toko emas, meskipun menikahnya baru 1 tahun lagi, tapi mumpung abang libur dari UTS, kenapa ga sekalian aja nyarinya sekarang, ga mungkin kan tiba-tiba abang atau saya bertambah gemuk sehingga cincinnya nanti ga muat. Kami memutuskan untuk mencarinya di toko emas yang menurut saya terbesar di Denpasar, yaitu Galeri Kohinoor, tapi ukuran kadar cincin yang kami cari tidak ada, kalau mau dipesan khusus dulu dengan rentang waktu kira-kira 2 mingguan. Yup, kami simpan dulu informasi harga yang kami dapatkan di Galeri Kohinoor, akhirnya kami menyebrang ke areal pertokoan emas yang ada di seberangnya, kami memasuki satu persatu toko emas yang ada di sana, hampir semua toko tidak menyediakan kadar emas untuk cincin yang kami cari, dan semuanya menyarankan kami untuk memesan cincin tersebut terlebih dahulu karena memang biasanya para pasangan lebih banyak memesan daripada membeli model yang sudah ready stock.

Akhirnya kami kembali ke satu toko yaitu toko emas Pusaka II setelah mengelilingi semua toko sebelumnya, dimana harga emas kuning disini terbilang berada ditengah-tengah dengan biaya pembuatan cincin yang masih wajar, setelah berbasa-basi untuk deal harga dan waktu pengerjaan serta mengukur ukuran jari manis masing-masing,  kami langsung bertransaksi dengan memberikan uang muka sebagai tanda setuju, dengan waktu pengerjaan selama 6 hari dan sesuai desain yang kami berikan serta ditambah grafir nama kami di cincin. Berakhirlah pencarian cincin kawin (nikah) kami hari itu juga, jujur saya bukan orang yang rela menghabiskan waktu untuk berputar-putar ke seluruh toko emas yang ada di Denpasar, yang saya tau pada akhirnya kami harus memesan dan menunggu cincin kami jadi. Hehe… mungkin karena saya dan abang sukanya yang praktis-praktis saja. Jadi untuk pencarian cincin nikah, saya hanya punya referensi di sekitar Jalan Hassanudin Denpasar saja, dan itupun cukup membuat lelah serta bingung ingin membuat di toko yang mana. Buat kalian yang ingin mencari cincin nikah, bisa di coba untuk mencari ke areal ini terlebih dahulu. 

Tuesday, June 6, 2017

MANUSA YADNYA : MEPANDES (POTONG GIGI)

“The Mind Acts Like An Enemy For Those Who Do Not Control It”

Mepandes (metatah) atau dalam bahasa Indonesia disebut dengan Potong Gigi atau Tooth Filling adalah salah satu tahapan upacara Manusa Yadnya yang harus kita lalui sebagai umat Hindu. Metatah sendiri memiliki makna menghilangkan Sad Ripu yang ada di dalam diri seorang manusia. Lalu apakah Sad Ripu tersebut? Sad Ripu merupakan 6 sifat jahat di dalam diri seorang manusia yang dibawa sejak lahir dan akan meningkat seiring bertambahnya usia, terutama di saat akil balig, masa transisi dari anak-anak menjadi manusia dewasa, sifat-sifat ini akan berkecamuk di dalam diri anak tersebut. Metatah sendiri biasanya dilakukan setelah seseorang mencapai akil balig ataupun dilakukan sebelum melangsungkan pernikahan. Biasanya sebelum melakukan ritual ini, orang yang akan metatah dipingit terlebih dahulu selama 3 hari.
saya sebelum prosesi metatah dimulai

Sad Ripu yang digadang-gadang bersifat jahat itu antara lain :

1. Kama : merupakan hawa nafsu yang tidak terkendali
2. Lobha : adalah sifat tamak manusia
3. Krodha : tidak mampunya menahan amarah
4. Madha : keinginan untuk mabuk-mabukan
5.  Moha : keadaan bingung dan kurangnya focus terhadap sesuatu
6.  Matsarya : sifat iri hati terhadap sesama


boleh pamer gigi dong kalo uda selesai
Prosesi menghilangkan Sad Ripu ini dilakukan dengan tahapan orang yang akan dipotong giginya terlebih dahulu sembahyang memohon keselamatan dan kelancaran selama prosesi metatah berlangsung, kemudian orang tersebut ditidurkan dan diminta untuk menggigit batang tebu agar mulut tetap terbuka lalu Sang Sangging (orang yang akan mengikir gigi kita) akan mulai berdoa sebelum mengikir gigi kita. Caranya dilakukan dengan mengikir sedikit bagian gigi taring kita yang dipercaya sebagai perlambang sifat-sifat jahat. Setelah gigi selesai dikikir kita akan diminta untuk berkaca apakah sudah cukup kikirannya, lalu kita akan diminta berkumur yang dimana air kumuran kita itu tidak boleh dibuang sembarangan dan harus ditaruh di dalam klungah (kelapa yang masih muda) kemudian disimpan. Apabila prosesi tersebut telah usai, tahapan selanjutnya adalah mencicipi 6 rasa, yang dimana itu dilambangkan sebagai rasa yang akan kita temui selama perjalanan menjadi seorang manusia dewasa dan kita siap untuk menjalaninya. Sehingga diharapkan kedepannya kita dapat berperilaku baik. Begitulah ulasan singkat yang saya ingat saat saya metatah dulu. Saya sendiri melaksanakan upacara metatah ini setelah wisuda. 

Sunday, April 30, 2017

AKOMODASI DAN OLEH-OLEH DI SEMARANG

“Hospitality Is Making Your Guest Feel At Home”

Ini pertama kalinya saya mereview sebuah hotel, karena saya memang berniat ‘merapikan’ isi blog dan membuatnya lebih teratur untuk kenyamanan para pembaca dan siapa tau dapat menjadi referensi bagi yang ingin berlibur, sehingga saya merasa perlu untuk mereview tempat tinggal saya selama liburan dan berapa biayanya serta trasnportasi yang saya gunakan selama berwisata di kota tersebut.

Saat liburan kemarin di Semarang saya yang dari Bali menggunakan pesawat untuk pergi ke Semarang, dengan biaya tiket Rp 1.500.000,00 pulang pergi menggunakan maskapai GIA, sedangkan si abang yang lagi tugas Negara di Jakarta naik kereta eksekutif menuju stasiun Tawang dengan harga tiket Rp 300.000,00. Saya kemudian menginap di sebuah hotel di tengah kota yang menawarkan suasana alam, Hotel Oak Tree Emerald Semarang. Saya awalnya ingin mencari hotel di daerah Ungaran agar lebih dekat bila menuju Umbul Sidomukti ataupun Candi Gedong Songo, namun sayangnya sudah full booked, sehingga saya beralih mencari hotel di tengah kota namun dengan konsep alam dan akhirnya pilihan saya jatuh pada hotel ini. dengan biaya Rp 388.000,00 kita sudah bisa mendapatkan kamar yang nyaman dengan sarapan yang lezat. Fasilitas yang diberikan berupa kolam renang dan fasilitas fitness, untuk sarapannya pun dibilang memuaskan, berbagai macam kue, bubur, serta nasi goreng maupun nasi kuning dengan rasa yang tidak mengecewakan. Untuk pelayanan pun cukup memuaskan, disaat saya memerlukan hairdryer setelah keramas, saya langsung menelpon operator untuk menanyakan apakah saya bisa meminjam hair dryer, mereka langsung dengan cepat membawakan saya hair dryer ke kamar.
suasana di depan hotel

Untuk masalah transportasi, sebenarnya ini merupakan masalah yang membingungkan kami, karena saat berwisata di Lombok ataupun Bandung, kami memiliki kenalan yang mengetahui tempat rentcar, saat di Semarang kakak sepupu saya yang tinggal di Semarang tidak tau dimana tempat untuk rentcar, akhirnya saya dan abang mencari informasi sendiri. Kami kemudian menemukan salah satu rentcar yang bersedia menyewakan mobil tanpa supir, karena kami memang ingin menyewa mobil saja, selain lebih hemat, kami juga bisa bepergian ke tempat yang tidak direncanakan sebelumnya. Dan sebelum mas pemilik rentcarnya bersedia untuk menyerahkan mobilnya kepada kami, dia meminta jaminan berupa orang yang tinggal menetap di Semarang untuk di survey tempat tinggal dan pekerjaannya apa, ya semacam pencegahan atau pengurangan resiko kejadian pencurian mobil. Untungnya kakak saya tinggal di Semarang karena sedang menyelesaikan studi S2 nya, jadi masalah rentcar sudah beres. Kami mengeluarkan biaya untuk rentcar dari pukul 08.00-22.00 sebesar Rp 250.000,00 itu belum termasuk biaya untuk beli bensin. Untuk biaya membeli bensin berkeliling satu hari seharga Rp 120.000,00, namun sepertinya itu tidak sampai habis kami gunakan. Kalau kalian sukanya yang tinggal beres dan ga mau repot tanya sana-sini saat tersesat saya sarankan sih buat sewa mobil beserta sopirnya, jadi kalian tinggal duduk manis di belakang dan bilang kemana tujuan wisata yang kalian inginkan.


Satu hal lagi yang penting saat liburan, oleh-oleh, pasti orang rumah atau teman-teman kita selalu meminta oleh-oleh saat kita bepergian keluar kota. Saya pun begitu, saya mencarikan oleh-oleh untuk keluarga di Bali setelah berkeliling, dan pilihan jatuh di Pusat Oleh-Oleh Djoe, sayangnya pusat oleh-oleh yang ada di pusat kota Semarang ini belum memiliki lahan parkir yang memadai, tapi untungnya ada tukang parkir yang selalu mengarahkan, karena parkirannya masuk gang rumah..haha… di sentra oleh-oleh ini kalian bisa mendapatkan berbagi macam oleh-oleh khas Jawa Tengah, seperti ikan Bandeng, Getuk, Wingko dan masih banyak yang lainnya.. Oh,ya jangan lupa Lumpia Semarang yang memang sudah terkenal lezat dengan isian daging dan rebung. Si abang yang mulai muncul sikap skeptisnya, ga yakin kalo dia bisa makan lumpia karena dia ga suka rebung, tapi ternyata malah pengen nambah setelah habis 1 biji. Hahaha… Kalian bisa membeli lumpia ini baik yang masih basah ataupun digoreng dengan ketahanan 24 jam. Sekian review akomodasi dan tempat oleh-oleh untuk kota Semarang, tunggu review saya di kota lainnya ya…

Thursday, April 27, 2017

WISATA JOGJA : MALIOBORO

"Veni, Vidi, Amavi"

Akhirnya saya pergi ke Jogja, sebenarnya Jogja merupakan tempat pilihan pertama saya untuk memulai travelling. Namun keadaan berkata lain dan akhirnya baru saat ini saya dapat pergi ke sini meski bukan dalam rangka jalan-jalan, tapi dalam rangka seminar, ya gapapa. Sekali mendayung dua pulau terlampaui kan? Saya berada di Jogja hanya selama 2 hari 1 malam dari tanggal 21 April 2017 hingga 22 April 2017, bersama dengan teman saya yang juga mengikuti seminar kami berdua menginap di hotel Amaris yang tepat berada di tengah kawasan Malioboro, hanya sekitar 20 langkah saja dari lobby hotel kami sudah memasuki kawasan Malioboro.

Kawasan Malioboro lebih baik dikunjungi saat malam hari sehingga kami memutuskan dari Bandara Adi Sutjipto akan pergi ke Taman Sari terlebih dahulu, kemudian beristirahat di hotel lalu akan jalan-jalan di Malioboro saat petang menjelang. Akhirnya kami (saya dan teman) memulai jalan-jalan di Malioboro pukul 19.00 sekalian mecari makan malam. Lama kami menyusuri jalanan yang ramai ini sambil melihat lesehan dan akhirnya pilihan kami jatuh pada salah satu lesehan yang menyediakan berbagai macam olahan termasuk gudeg, saya tidak memesan gudeg namun saya memesan hidangan seafood hehe, tapi karena udang dan cumi habis akhirnya kembali ke makanan sejuta umat, yaitu ayam bakar dan tumis kangkung dan teman saya memesan sate kambing karena dan bebek bakar. Jadilah kami saling berbagi makanan atau icip-icip bersama. Banyak sekali lesehan yang ada di pinggiran jalan Malioboro, karena kami baru pertama kali kesini, jadi kami mencari lesehan yang ramai dipenuhi pembeli (biasanya yang rame itu enak).

Setelah selesai makan malam, teman saya mengajak untuk mencari oleh-oleh karena esok hari tidak akan sempat karena pasti akan disibukkan dengan kegiatan seminar. Saya mencari makanan khas Jogja yaitu bakpia pathok untuk saya oleh-olehkan kepada keluarga serta beberapa potong baju yang berisikan tulisan atau gambaran khas Jogja. Karena teman saya sudah berkeluarga dan memiliki anak sehingga dia perlu membelikan oleh-oleh lebih banyak daripada saya. Setelah pusing berkeliling mencari oleh-oleh, akhirnya kami memutuskan untuk mencari es krim dan duduk sejenak di bangku-bangku yang memang disediakan di sepanjang jalan Malioboro ini. Sampai saat itu saya masih dalam pencarian es krim Sea Salt Caramel McD tapi sepertinya saya memang tidak berjodoh dengan es krim itu karena saat saya ingin membelinya ada saja alasan, es krim yang terlalu cairlah atau memang stok kosong. Akhirnya saya beralih ke McFlurry Oreo.


Sambil menikmati es krim masing-masing kami duduk memandang jalanan Malioboro yang padat merayap, setelah kami rasa waktu sudah mulai larut malam untuk jalan-jalan dan bersantai kami memutuskan untuk kembali ke hotel, di perjalanan menuju hotel kami menemukan sekelompok anak muda yang bermain alat musik dari bambu, dengan kreatifnya mereka mengolah bambu menjadi alat musik yang beragam jika dimainkan akan berharmonisasi dengan merdu. Saya hanya dapat melihat dan mendengar alunan musik mereka dari seberang jalan, tapi hal itu sudah sangat menghibur saya dan memeriahkan malam yang padat ini. Sampai jumpa kembali Jogja, terlalu singkat rasanya menikmati kota ini hanya dalam 1 hari 1 malam.