I LOVE THOSE RANDOM MEMORIES, SO I PUT IT INTO WORDS

Sunday, September 24, 2017

KOTAK CINCIN PERNIKAHAN NUANSA RUSTIC

“It’s classic yet unique”

Sepertinya semua orang akan menjadi super teliti jika menyangkut tentang pernikahannya, termasuk saya. Saya menjadi cerewet dan sangat selektif dalam memilih perlengkapan pernikahan dari hal terkecil hingga menyangkut hal besar seperti tempat menyelenggarakan resepsi. Dan sekarang saya akan membahas mengenai hal detail lainnya yang sangat saya perhatikan, yaitu ring bearer. Apa itu ring bearer? Ring bearer adalah seseorang yang membawa cincin pernikahan, dalam hal ini saya tidak akan memilih ‘siapa’ tapi ‘apa’ sebagai pembawa cincin kami nanti. Biasanya orang-orang akan menggunakan kotak cincin beludru sebagai ring bearer, namun saat ini nuansa rustic sedang booming dan tempat terrarium pun dapat diubah menjadi ring bearer.

Jadilah saya mencari para penjual kotak terrarium, saya mencarinya di Ace Hardware dan di toko kerajinan tangan namun saya tidak mendapatkan hasil apapun. Akhirnya saya mencarinya di instagram, kemudian saya menemukan Serendipicky, sebuah online shop yang menjual berbagai macam jenis kotak terrarium berbagai ukuran, saya segera menghubungi kontak yang tertera di sana. Ternyata salah satu cabangnya ada di Denpasar, segera saya memesan kotak kaca yang saya inginkan, ternyata saya harus menunggu waktu 2 minggu. It’s okay, toh saya juga tidak terburu-buru untuk menggunakannya. Syukurlah saya sudah menemukan kotak yang saya cari. Namun pencarian ini belum berhenti begitu saja karena saya masih harus mencari hiasan bunga serta tray nya.

Tray atau nampan adalah alas kayu yang akan saya gunakan dibawah kotak kaca yang sudah saya pesan. Saya mendapat referensi ring bearer ini dari instagram setelah melihat bentuk-bentuk ring bearer yang cantik dan unik ini. Sehingga saya berniat membuatnya sendiri sesuai dengan keinginan saya. Untuk tray saya ingin memakai log atau kayu gelondongan yang sudah dipotong tipis mirip talenan, sehingga nantinya bisa dituliskan nama kami berdua di kayu tersebut. Saya menemukan talenan kayu bulat yang saya inginkan di salah satu pasar di daerah Badung. Tinggal minta tolong ke teman saya untuk menuliskan nama kami dan tanggal pernikahan kami nantinya. Untuk hiasan bunganya saya mendapatkannya di toko pernak pernik kerajinan yang saya pertama kali datangi untu mencari kotak kaca, yaitu Toko Satria yang berlokasi di Jalan Setiabudi, Denpasar.


Beginilah hasil akhir dari ring bearer saya, hiasan ini saya sendiri yang mengaturnya dan untuk gulungan yang menjadi tempat bantalan cincin itu merupakan gulungan kain yang saya beli bersamaan dengan bunga hiasannya. Sedangkan mutiara-mutiara yang ada di dalamnya merupakan manik-manik mutiara kepunyaan saya dulu, karena saya dulu suka membuat kerajinan tangan seperti gantungan kunci. Sedangkan untuk tray, saya meminta teman saya Pangestu yang merupakan lulusan S2 seni *uhuk* untuk menuliskannya. Finishing akhir saya menambahkan manik manik berwarna ungu untuk mempercantiknya, ternyata membuat kerajinan seperti ini menyenangkan juga ya..hehe…

Thursday, September 21, 2017

TAHAPAN PERNIKAHAN BALI : MEWIDHI WIDANA

“Dear Husband, You Are The Proof That God Answers Prayers”

Sebenarnya saya sempat bingung sebelum menulis postingan ini, yang saya bingungkan sih tanggal pernikahan kami sebenarnya. Hahaha… itu akibat acara yang dilaksanakan dua kali dan karena saudara-saudara yang menyatakan pawiwahan/pernikahan saya itu berlangsung tanggal 21 September dan ‘ngidih’nya tanggal 15 September. Menurut teman yang sudah menikah tanggal 15 September lah hari pernikahan kami karena alasan berikut ini. Yang pertama saat ‘memadik’ tanggal 15 September 2017, dimana saat itu kami berdua sudah menandatangani berkas catatan sipil dan sudah diupacarai untuk mengesahkan status sebagai sepasang suami istri. Sedangkan tanggal 21 September 2017 kami berdua hanya melakukan ‘mewidhi widana’ atau dalam kata lain memperkenalkan anggota baru (istri) kepada leluhur si suami, yang mana si istri tersebut akan meneruskan garis keturunan keluarga. Alhasil tanggal 15 September lah yang akan saya rayakan tiap tahunnya sebagai wedding anniversary.

Oke, sekarang beralih pada upacara tanggal 21 September dimana dari tanggal 15 September saya sudah tinggal bersama suami *ehem*bukan abang lagi panggilannya* jadi kami berdua bersama-sama dalam membantu persiapan untuk tanggal 21 September, meski tidak banyak yang kami perlu bantu karena banten ‘sesajen’ sudah dibeli di GASES Sesetan sedangkan untuk dekorasi dan konsumsi sudah ditangani WO (SuthaArt). Jadilah saya dan mama mertua hanya mengurus gift bagi para tamu yang kondangan nantinya dengan membuat parcel mini. Sedangkan suami saya mengurus foto yang akan dipajang di saat hari H. Karena kesehatan papa mertua dan nenek mertua saya sedikit terganggu saat itu jadilah disela-sela persiapan acara kami harus ke Rumah Sakit. Ditambah juga dengan tamu yang datang satu persatu tiap hari dari tanggal 15 September hingga 20 September karena alasan mereka tidak sempat datang saat tanggal 21 September jadilah mereka mendahului untuk kondangan sehingga kami harus membagi diri dalam mengurus segala sesuatunya.

Pemasangan tenda, tempat snack dan catering dilakukan h-15 jam, dimana acara direncanakan dimulai pada pukul 9 pagi dan MUA (Maharatu Salon) yang saya booking meminta saya untuk bersiap diri pukul setengah 4 pagi, haha..Akhirnya saya mendahului untuk tidur agar dapat bangun pagi keesokan harinya, yang menemani WO dalam beberes sampai jam 1 pagi adalah mama mertua dan nenek mertua saya, hehe..wanita-wanita strong. Dan alarm pun berbunyi menunjukkan pukul 3 pagi, saya dengan mata ngantuk berusaha untuk ke dapur, setelah berhasil membangunkan suami, yang ternyata sudah rame dengan mama, nenek dan mbo tut. Mama mertua saya bilang kalau dirinya hanya dapat tidur 1 jam, sedangkan nenek mertua saya tidak tidur sama sekali. Mereka menyuruh saya untuk makan sedikit sebagai pengganjal perut karena riasan yang nanti saya pakai akan sangat berat dan ketat. Setelah makan kami berdua pun bergegas untuk mandi, tepat setelah selesai mandi tukang riasnya pun datang, tepat waktu sekali. Waktu yang diperlukan untuk membuat riasan agung Bali adalah 2,5 jam.
foto jam setengah 7 pagi, foto by Maharatu

Pukul 07.00 photografer dari Baliline Photography yang akan mendokumentasikan acara kami datang, akhirnya kami melakukan sesi foto-foto terlebih dahulu. Saat waktu menginjak pukul 8 pagi, para tamu-tamu mulai berdatangan, ibu, bapak dan adik saya nampak datang bersama bibi dan paman saya, keluarga suami saya dari Karangasem pun mulai banyak berdatangan. Tiba-tiba acara yang awalnya dijadwalkan mulai pukul 9 pagi menjadi molor, karena Ida Pedanda ‘orang suci’ terlebih dahulu menyelesaikan upacara di daerah Jimbaran, baru kemudian ke tempat kami. Akhirnya acara baru dimulai pukul 12.00 dan selesai pukul 14.00, meskipun begitu saya sangat bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan kelancaran dalam acara kami ini karena tidak adanya halangan yang berat terjadi saat upacara ini dilaksanakan. Ini tentu juga berkat doa dan dukungan dari semua keluarga, kerabat serta teman-teman. Ritual upacara memang semua telah terlewati dengan baik, kini kami tinggal mempersiapkan acara resepsi yang akan diadakan pada tanggal 30 September 2017. Kami mohon doakan acara resepsi kami berjalan dengan lancar seperti acara-acara sebelumnya ya reader… 

Beberapa hasil jepretan dari Baliline Photography, recommended deh Bli fotografernya, full day jepret dengan harga terjangkau. Hasil foto langsung bisa diterima 2 hari setelahnya dengan yang sudah diedit.
mitta, mama, saya,suami,bapak, opi
*eh ada dua opi sekarang di rumah

bapak, dek ita, saya, suami, ibuk




sungkeman ke mertua dulu

suami kepo liat istrinya ketawa-ketawa

Friday, September 15, 2017

TAHAPAN PERNIKAHAN BALI : MEMADIK

"Every Love Story Is Beautiful, But Ours Is My Favorite"

Tanggal 15 bulan Juli 2013, saya memutuskan untuk menanyakan kepada ibu saya apakah saya boleh pacaran dengan pacar saya yang sekarang (abang). Rasanya sangat campur aduk seperti nano-nano, takut tapi pengen, haha.. begitu diberikan ijin lega sekali rasanya. Memang tidak mudah untuk menjalani masa pacaran dengan gangguan dari sana-sini *ups* apalagi ditambah dengan LDR, ya 1 tahun pertama kami memang tidak LDR karena si abang mendapatkan penempatan di Bali, namun tahun kedua hingga ketiga merupakan tahun dimana si abang mulai pulang pergi Lombok-Denpasar dengan frekuensi bertemu yang hampir seminggu sekali, dan juga Lombok-Klungkung saat saya internship di RSUD Klungkung namun frekuensi bertemu sudah mulai bertambah jarang hanya 2 minggu sekali, nah tahun keempat level LDR kami sudah memasuki tingkat advance hehe.. hanya ketemu tiap liburan semester saja.

Namun tanggal 15 September 2017, memasuki perjalanan menuju tahun kelima, status saya dan abang sudah menjadi mantan. Kami sudah tidak pacaran lagi melainkan kami sudah sah menjadi suami istri, perjalanan menuju tanggal ini penuh dengan perjuangan. Begitu pula di hari itu sendiri, memerlukan perjuangan ekstra agar tangis ini tidak pecah, perlu kesadaran bahwa status kini telah berganti menjadi istri orang dan sudah saatnya berhenti untuk bersikap egois lalu memulai belajar menjadi istri yang baik. Sesuai dengan adat orang Bali, pernikahan dilangsungkan melalui beberapa tahapan seperti yang sebelumnya saya sudah posting dan postingan kali ini merupakan acara inti dari pernikahan yaitu mengesahkan saya dan si abang sebagai sepasang suami istri. Hari ini pula saya akan ‘dipadik’ atau ‘diminta’ oleh keluarga si abang untuk menjadi menantunya. Tahapan acara yang dilangsungkan saat tanggal 15 September 2017 ini adalah membawa tipat (ketupat)-jaje bantal (jajan khas bali) sejumlah yang ditentukan dari pihak laki-laki ke pihak perempuan sebagai symbol mahar/mas kawin. Kemudian dilanjutkan dengan menandatangani dokumen dari pihak kelian adat (ketua adat) dan kelian dinas (ketua rw) dimana nantinya agar akta pernikahan kami bisa segera diurus.

Tahapan terakhir adalah prosesi ‘mepamit’ di sanggah saya atau sembahyang kepada para leluhur untuk memberitahukan bahwa saya akan segera menjadi anggota baru dari keluarga si abang. Disinilah tangis semua keluarga mulai pecah, tangis saya yang sudah saya tahan dari H-2 sudah tidak bisa dibendung lagi, meski sudah berusaha berpikiran positif, kalau setelah menikah pun nanti saya akan bisa kembali ke rumah dengan mudah *yaiyalah*, ya tapi karena banyak saudara saya yang menangis, membuat tangis saya pun tak terbendung lagi. Prosesi ini merupakan prosesi terakhir yang dilakukan di rumah mempelai wanita. Dilanjutkan kemudian di rumah mempelai pria, yang mana berarti saya harus berpamitan dengan seluruh keluarga saya yang hadir di rumah kala itu untuk menuju rumah si abang. Entah berapa kali saya menangis kemudian berhenti menahannya, lalu menangis lagi, namun moment pamitan ini yang paling membuat perasaan campur aduk. Orang yang menangis bukan hanya keluarga inti saja namun tetangga-tetangga saya yang hadir disana pun ikut menangis, di saat seperti itu saya merasa sedih sekaligus bahagia karena saya merasa kehadiran saya sangat berarti di mata keluarga dan juga orang lain. 

Setelah berada di rumah abang yang berlokasi di Denpasar, kami harus menunggu pemangku ‘orang suci’ untuk memulai upacara ‘pebyakaonan’ yang bertujuan untuk membersihkan diri kemudian dilanjutkan dengan upacara ‘mekalan-kalan’ yang dimana sarat dengan makna penyatuan dua orang untuk mulai memasuki masa Grhasta Asrama atau berumahtangga, saat upacara mekalan-kalan selesai, saya dan abang sudah sah menjadi sepasang suami istri. Namun prosesinya belum berhenti sampai disini, masih ada prosesi lanjutan pada tanggal 21 September 2017 nanti, yang akan saya posting kemudian hari. Melalui postingan ini juga saya mengucapkan beribu terimakasih kepada semua keluarga dan tetangga yang telah membantu acara kami hingga berjalan lancar seperti ini.

Wednesday, September 6, 2017

PERSIAPAN PERNIKAHAN : MENCARI WEDDING ORGANIZER DI DENPASAR

“Keep Calm and Hire A Wedding Organizer”

Mengapa memakai wedding organizer? Bukannya orang Bali biasanya melibatkan Banjar (RT) dalam upacara pernikahan? Di sini saya ingin menjelaskan wedding organizer ini kami pergunakan untuk acara resepsi yang kami rencanakan akan diselenggarakan di gedung atau hotel. Alasan kami memilih gedung atau hotel sebagai tempat resepsi karena keterbatasan tempat dan waktu apabila resepsi pernikahan kami digelar dirumah. Seperti yang reader ketahui, saya dan abang LDRan, saya sendiri berada di Denpasar sedangkan abang berada di Jakarta, di tambah pula mama dan papa mertua saya berprofesi sebagai dosen di Mataram. Dengan keadaan seperti itu, kami rasa lebih baik kami menyewa jasa WO dalam menyelenggarakan acara ini daripada kami meminta bantuan saudara atau tetangga tapi yang punya acara tidak dapat hadir, sangat tidak sopan kan? Disini saya hanya akan membahas tentang acara resepsi kami, karena sesuai dengan tradisi Bali, acara adat merupakan kewajiban orang tua terhadap anaknya.

Pemilihan WO ini membutuhkan waktu yang amat lama menurut saya, saya dan abang mulai mencari WO dari akhir tahun 2016 setelah abang menyatakan kalau dia akan menikahi saya kepada kedua orangtua saya (THE PROPOSAL). Setidaknya kami sudah pernah bertemu secara langsung dengan 5 WO, 5 hotel untuk menanyakan paket pernikahan yang disediakan, 3 tempat yang khusus untuk garden party, 1 restaurant yang menawarkan paket pernikahan, dan 4 WO yang hanya berkomunikasi via email. Jadi lumayan banyak juga yang perlu saya pilah kan? Memang semua memiliki kelebihan masing-masing, namun kami pelan-pelan membuat daftar apa saja yang kami perlukan dan tidak lupa kami menanyakan apa yang menjadi request dari orang tua kami. Karena tamu yang akan datang bukan hanya tamu kami, tapi juga tamu orang tua kami berdua.

Setelah pencarian yang memakan waktu cukup lama, akhirnya kami memutuskan untuk memakai jasa WO Bali Klasik, dengan harga yang sesuai dengan budget yang kami tetapkan serta mendapatkan apa yang kami dan juga apa yang orang tua kami inginkan. Kami sekeluarga dari awal memang menginginkan untuk menyelengarakan pesta resepsi ini di Bhumiku, sebuah gedung pertemuan yang terletak di Denpasar. Dengan adanya kerjasama Bali Klasik dengan Bhumiku membuat apa yang kami inginkan dapat tercapai. Mungkin ada yang bertanya tanya apa saja yang kami dapatkan jika menyewa jasa WO. Berikut saya lampirkan rinciannya.

1.      Sewa Gedung Paseban Bhumiku (8 jam)
2.      Fresh Flower Decoration
3.      Round Table (15 pcs)
4.      Kursi Banquet (400 pcs)
5.      Fresh Flower Centre Piece
6.      Soundsystem & LCD Projector
7.      MC & Electone + Penyanyi
8.      Meja Tamu
9.      Photo & Video Shooting
10.  Sewa Baju Orang Tua 2 pasang
11.  Handbouquet Mawar untuk saya
12.  Sweet Corner ( soft drink & 2 jenis kue untuk 400 orang)
13.  Catering Prasmanan (400 porsi)
14.  Gubug Sate Ayam (150 porsi)
15.  Gubug Bakso (150 porsi)
16.  Gubug Lumpia/Batagor/Siomay (150 porsi)
17.  Photobooth & Photo Print (400 pcs)


Tentu saja rincian ini sesuai dengan budget yang saya berikan kepada Bali Klasik dan tentunya rincian ini dapat berubah sesuai request pelanggan. Mengapa kami memilih Bali Klasik sebagai WO dalam acara kami ini? Pertama, Bali Klasik sudah memiliki pengalaman 12 tahun di bidang event/wedding organizer. Kedua, biaya yang ditawarkan sesuai budget yang kami miliki. Ketiga, kami bisa customize paket yang ada, jadi kami bisa memilih sesuai kebutuhan dan keinginan kami. Keempat, marketingnya, Bapak Ketut, sangatlah ramah dan sangat mengerti apa yang dibutuhkan oleh calon pengantin. Mungkin semua hal itulah yang membuat kami percaya kepada Bali Klasik dan mempercayakan acara resepsi kami pada mereka.

Tuesday, August 29, 2017

PENGALAMAN MENGIRIM PAKET KE LUAR NEGERI


Ini adalah postingan pertama saya berbagi pengalaman mengenai “how to do something”. Sebenarnya bagi saya pun ini merupakan kali pertama dalam kirim-mengirim paketan ke luar negeri, kalau saja bukan karena teman baik saya yang akan menjadi bridesmaid saat pernikahan saya berada di Malaysia, mungkin saya tidak pernah melakukan hal ini. Oke, sekarang saya akan menjabarkan beberapa hal yang perlu diperhatikan saat akan mengirim paket (Hal di bawah ini berdasarkan pengalaman pribadi saya saja).

Ketahui jasa ekspedisi apa yang akan digunakan dan jenis servicenya
Hal ini sangat penting, karena tidak semua jasa ekspedisi menerima pengiriman ke luar negeri (bisa dicari tahu lewat website masing-masing). Lalu setelah itu pilihlah jenis pengirimannya, biasanya ada yang express (lebih cepat sampainya) atau yang biasa. Seperti yang kita semua ketahui, paketan express akan di charge jauh lebih mahal (bisa sampai 3x lipat harga biasa).

Tentukan budget kalian
Ini sangat penting, saat kalian sudah melihat-lihat beberapa jasa ekspedisi beserta jenis pengirimannya apa, sekarang saatnya kalian mencocokan dengan kebutuhan kalian. Jika kalian perlu paket itu diterima cepat, maka tentu saja harganya akan tinggi. Tapi jika kalian tidak tergesa-gesa agar paketnya cepat diterima pakai saja jasa ekspedisi yang biasa. Biasanya ada beberapa website yang langsung menampilkan berapa rupiah yang harus dibayar.

Packing yang baik
Saya sempat bertanya kepada salah seorang teman yang memang berkecimpung di bidang ekspor kerajinan tangan. Saya menanyakan bagaimana cara packing jika ingin mengirim barang keluar negeri, dia mengatakan barang yang kita ingin kirim harus dibungkus kardus kemudian wrap dengan karung. Karena begitulah standar pengiriman paket ke luar negeri, ujarnya.

WHAT I DID :

Saya mencari-cari website beberapa jasa ekspedisi yang ada di Denpasar lalu searching apakah mereka menerima pengiriman ke luar negeri. Akhirnya saya menemukan dua pilihan yaitu POS Indonesia dan JNE. Kemudian saya mencari tahu berapa biaya yang dibutuhkan untuk mengirim paket yang beratnya kurang dari setengah kilo (saya kirim kain untuk dress). POS Indonesia memberikan rincian jenis service beserta biayanya, namun saya tidak menemukan rincian biaya service untuk JNE. Sehingga saya tidak dapat membandingkan kedua ekspedisi itu, akhirnya saya memutuskan memakai jasa POS Indonesia, selain saya sudah tahu biaya yang diperlukan namun juga karena kantor POS sangat dekat dengan rumah saya. Jenis service yang saya pilih adalah surat RLN dengan estimasi biaya Rp 136.500 dengan estimasi waktu sampai 10 hari, cukup terjangkau dibandingkan biaya service express yang dapat mencapai Rp 300.000,00.

Packing yang saya lakukan sesuai dengan instruksi dari teman saya yang telah saya tulis sebelumnya, karena dia sudah biasa melakukannya, jadi saya rasa lebih baik mengikuti saran yang ia berikan. Saya wrap kain yang sebelumnya sudah dibungkus plastik dengan karton coklat, kemudian saya bungkus lagi dengan karung bekas beras. Setelah semua selesai, saya langsung menuju kantor POS yang berada hanya 1 km dari rumah saya. Setelah data saya diinput, kemudian membayar sebesar Rp 136.000,00 untuk service surat RLN dari Denpasar Barat ke Selangor Malaysia. Saya diberikan bukti transaksi yang berisi nomor resi/barcode yang dapat dilacak di website POS Indonesia.


Estimasi waktu yang diberikan hingga sampai di tempat tujuan adalah 10 hari hingga 14 hari. Namun bila lebih dari waktu yang ditentukan paket belum sampai atau website mengalami ganguan, petugas memberikan saya nomor telepon yang bisa saya hubungi untuk mengecek status paketan saya sedang berada dimana. Saya sendiri melacak paket saya setelah 3 hari, dan paket itu telah mendarat di Jakarta. Setelahnya saya tidak melacak kembali, namun saat tepat 10 hari dari waktu pengiriman saya kembali mengecek di website POS INDONESIA namun ternyata website itu sedang error, keesokan harinya pun sama websitenya masih error. Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu 1 minggu lagi, jika paketannya belum sampai ke teman saya, barulah saya akan menuju kantor POS yang berada di Renon (Kantor POS Cabang Pusat). Setelah 16 hari menunggu, pada tanggal 26 Agustus 2017 paketan saya barulah diterima oleh teman saya yang berada di Malaysia. Ya, meski estimasi waktunya jauh lebih lama dari yang diperkirakan tapi yang penting keamanan isi paket saya masih terjaga. Apa reader memiliki pengalaman yang sama dengan saya? Bisa di share di kolom komentar ya.

Tuesday, August 22, 2017

KAPAN KAMU NIKAH?

" Marriage is not a noun, it's a verb"

Artikel ini didedikasikan untuk geng Rumpisrempongs, yang selalu kepo dan rempong setiap saat. Meski kita tidak selalu bisa bertemu tiap bulan, tapi setidaknya komunikasi masih tetep jalan. Pertemanan tidak akan hilang kalaupun kau tidak sering bertemu temanmu kan? It still there and you know they’re alright. Ya sudah, cukup berbijaknya, sekarang back to topic mengapa saya mendedikasikan tulisan ini ke geng saya satu itu, karena mereka kepo kenapa saya mau menikah. Hahaha…bagi sebagian reader pasti merasa aneh kan? Orang bahagia mau menikah, bukannya seneng, kenapa malah ditanyai kenapa mau nikah. Eits, bukan begitu, mereka excited banget saat saya bilang mau menikah dan mendaulat mereka jadi bridesmaid saya, excited yang tipenya gak karuan, chat penuh dengan emoji dan stiker, lalu kata-kata lebay “jangan tinggalkan aku”. Hahaha.. memangnya aku mau daftar jadi astronot ke Mars. Salah satu teman saya di Rumpisrempongs memiliki banyak pertanyaan yang ada di kepalanya yang dia bilang hanya sekedar ingin tahu saja, tapi saya sih gak percaya, masa kepo kebangetan gitu cuma sekedar ingin tahu. Saya yakin dia ada maksud tersembunyi dibalik bertanya ini itu pada saya, apa dia ingin menyusul saya menuju jenjang pelaminan? Haha..kita tunggu saja kabar dari dia. Teman saya (Ms Fish) dan saya (Opi) akan menjawab segala kegalauannya..(ini semua copyan chat dia ke saya via LINE tapi saya ketik jawabannya disini semua biar dia baca blog saya.hehe..)

Ms Fish : Kapan kita menentukan siap untuk menikah?
Opi  : Hmm, kapan ya, menurut pengalaman pribadiku sih saat hati ini yakin dengan orang yang menemani kita selama ini, kalau masih berpikir banyak orang yang lebih diluar sana, artinya kamu belum siap. Karena persoalan menikah bukan seperti pakai baju, bisa ganti-ganti seenaknya saat menemukan yang lebih nyaman dan menarik, satu lagi menikah bukan kayak lomba balap karung ya, siapa dulu-duluan sampe finish (menikah). Yah, aku sih berdoa juga minta petunjuk dari Tuhan, kalau kami berjodoh, tolong berikan kami jalan. Udah gitu aja.

Ms Fish : Terus gimana kamu bisa yakin itu ‘orangnya’?
Opi   : Tau itu orangnya ya karena dia pacarku, masa aku pacaran ama dia nikahnya sama pacar orang lain (ya gatau kasus orang beda-beda ya). Aku uda pacaran 4 tahun, keluarga juga sudah saling kenal, kami sudah berada di saling nyaman contohnya bisa kentut di depan pasangan. Dan kalau kamu berpikir ada yang lebih baik dari pasanganmu, ya jelas, juga pasti ada yang jauh lebih dari kamu. Jadi itu sih terserah kamu, ga bisa ditanya dan diukur sama seperti orang lain.

Ms Fish : Tujuan menikah saat ini itu apa?
Opi   : (dikasi opsi tapi ga saya cantumin) Kalau kami menikah karena memang sudah direncanakan dari setahun lalu ( baca : The Proposal). Tujuannya ya, membentuk keluarga yang bahagia, tidak terlepas juga karena memang sudah cukup umur, kami memikirkan untuk rencana ke depannya apa saja. Seperti punya anak, lanjut sekolah dan perencanaan financial kedepan. Aku sih dikasi contoh sama pacarku kalau umur 27 punya anak, 20 tahun lagi dia belum pensiun dan aku masih kuat bekerja jadi kami masih bisa membiayai kuliahnya. Ya, itu salah satu pertimbangan, masih banyak pertimbangan lainnya kok. Capek aku ngetiknya.

Ms Fish : Haruskah kita dekat dulu dengan keluarga calon suami sebelum menikah?
Opi   : Kalau aku jujur ya, karena aku LDR dengan pacarku dan orang tua pacarku tinggal beda pulau juga, jadi aku sangat amat jarang bertemu mereka. Meskipun adik-adiknya ada di Bali tapi aku juga jarang bertamu ke rumah mereka, aku pergi ke sana kalau pacarku pulang ke Bali aja. Menurutku kita tidak perlu berusaha berlebihan menjadi sangat amat dekat dengan keluarga calon suami, kenapa? Karena sebentar lagi kita akan menjadi keluarga, dan pelan-pelan akan saling mengenal satu sama lain. Bukannya aku bilang ga boleh deket dengan keluarga calon suami, boleh kok bagus lagi, tapi yang berlebihan dan terkesan fake itu yang aku pribadi ga suka. Aku lebih suka dikenal apa adanya aku oleh calon keluargaku nanti.

Ms Fish : Kalau LDR kapan baiknya menikah? Lalu kalau kamu hamil, gimana? Kan ga ada suami yang nungguin?
Opi  : Ga ada perbedaan khusus untuk LDR dan non LDR menurutku, saat kamu yakin dengan orang itu, udah nikah aja.hahhaha… Untuk nanti saat hamil ya, sebelumnya aku sudah berunding dengan pacarku kalau aku hamil nanti aku tetap di Bali dengan Ninik (oma) dan adik-adiknya, karena aku ingin dekat dengan ibuku, gapapa ga ditemenin mama mertua atau suami. Berusaha jadi bumil yang mandiri, semoga anakku nanti juga mandiri ga manying-manying..hehe.. karena itu permintaanku jadi aku tidak mempermasalahkan hal itu. Toh banyak banget yang hamil LDR kok jaman sekarang. Udah ah, lelah ngetik ini jawabin pertanyaanmu (tetep aja masih ngetik), nanti disambung lagi deh nanya-nanyanya ya…

Cukup sekian dulu perbincangan kami ya reader, ini murni pendapat pribadi saya yaa, kalau ada yang kurang berkenan, silakan. Masing-masing orang punya hak berpendapat kan? Menurut pendapat kalian, kapan kalian akan menikah?

Monday, August 14, 2017

WISATA SEMARANG : KEBUN BUNGA SETIYA AJI BANDUNGAN

“Pick Your Own Color”

Dijalan menuju pulang dari Pondok Kopi Umbul Sidomukti, saya melihat dagang bunga krisan warna warni yang cantik, saya lalu bilang ke abang, “Cantik banget bunganya ya” abang spontan berhenti mendadak dan berkata “Mau tak beliin?” Saya langsung bilang tidak, karena posisi mobil berada di jalan sempit turunan, meskipun suasana di jalan saat itu sangat sepi, tapi saya hanya senang melihat saja, kalaupun dibeli, nanti ditaruh dimana bunganya, di kamar hotel tidak terdapat vas bunga. Sehingga kami sepakat melanjutkan perjalanan pulang, namun di jalan terdapat banner yang membuat saya berubah pikiran. Banner itu bertuliskan “Kebun Bunga Setya Aji” akhirnya saya minta ke abang untuk diantar kesana. Dengan senang hati pun, abang langsung mengiyakan.

Segera saya kerahkan senjata pamungkas, Google Maps, ternyata jalan menuju kearah kebun bunga lebih sempit daripada jalan menuju Umbul Sidomukti, hanya cukup untuk satu mobil saja, dan ternyata memang itu merupakan jalan satu arah saja (yang baru kami ketahui setelah pulang), pantas saja tidak ada mobil lain dari arah yang berlawanan. Di sini juga tidak terdapat mas-mas yang mengarahkan kemana menuju kebun bunganya dan meskipun banyak banner yang dipasang sebagai penunjuk jalan, namun tak sedikit banner yang terlepas atau rusak, jadi saya hanya benar-benar mengandalkan panduan Google Maps saja. Si abang awalnya sempat skeptis, saat mulai memasuki area perkampungan, katanya gak mungkin ada perkebunan bunga ditengah-tengah perkampungan begini. Akhirnya, saya memutuskan bertanya kepada orang sekitar, dimana letak kebun bunga itu dan ternyata kebun bunganya terletak 100 meter dari tempat saya bertanya. Ternyata parkir untuk mobil dan motor terletak di dalam area playgroup yang dialihfungsikan sebagai lahan parkir. Untuk parkir mobil dikenakan biaya Rp 5.000,00, sedangkan untuk biaya masuk perorang sebesar Rp 7.500,00 dan kita dapat menikmati sebanyak 5 kompleks kebun bunga.

Di sepanjang jalan menuju tempat masuk, terdapat beberapa pedagang bunga yang menjajakan dagangannya, bunganya pun bermacam-macam, tapi yang mendominasi adalah bunga krisan. Karena memang kebun bunga ini khusus untuk bunga krisan. Saya sangat bersemangat untuk segera memasuki kebun bunga dan tentu saja mengambil foto. Tetapi harus tetap tertib ya, gak mau kan di bilang Zombie kayak di game Plant Vs Zombie yang suka merusak tanaman, meski kita membayar untuk tiket masuk, bukan berarti kita berhak merusaknya. Cukup foto-foto cantik yang tertib saja. Saat saya dan abang berfoto di kompleks bunga ke 3, tiba-tiba hujan turun, akhirnya kami berhenti dan diam sebentar di sana, sambil menunggu hujan agak mereda. Ketika hujan mulai reda, kami kembali berkeliling untuk berfoto, setelah dirasa cukup untuk berfoto-foto ria, kami memutuskan untuk pulang ke hotel. Sebelum sampai di parkiran, kami pun sempat bertanya dimana para pedagang mendapat pasokan bunga mawar, padahal disini tidak ada kebun mawar, ternyata mereka mendapat bunga mawar dari Malang dan pertangkai dijual seharga Rp 5.000,00.


Buat yang hobi foto-foto seperti saya, kebun bunga ini sangat saya rekomendasikan sebagai tempat untuk menambah koleksi foto cantik kalian atau yang sedang mencari tempat wisata kekinian di area Semarang.