" Marriage is not a noun, it's a verb"
Artikel ini
didedikasikan untuk geng Rumpisrempongs,
yang selalu kepo dan rempong setiap saat. Meski kita tidak selalu bisa bertemu
tiap bulan, tapi setidaknya komunikasi masih tetep jalan. Pertemanan tidak akan
hilang kalaupun kau tidak sering bertemu temanmu kan? It still there and you know they’re alright. Ya sudah, cukup
berbijaknya, sekarang back to topic
mengapa saya mendedikasikan tulisan ini ke geng saya satu itu, karena mereka
kepo kenapa saya mau menikah. Hahaha…bagi sebagian reader pasti merasa aneh kan? Orang bahagia mau menikah, bukannya seneng,
kenapa malah ditanyai kenapa mau nikah. Eits, bukan begitu, mereka excited banget saat saya bilang mau
menikah dan mendaulat mereka jadi bridesmaid
saya, excited yang tipenya gak
karuan, chat penuh dengan emoji dan
stiker, lalu kata-kata lebay “jangan
tinggalkan aku”. Hahaha.. memangnya aku mau daftar jadi astronot ke Mars. Salah
satu teman saya di Rumpisrempongs
memiliki banyak pertanyaan yang ada di kepalanya yang dia bilang hanya sekedar
ingin tahu saja, tapi saya sih gak percaya, masa kepo kebangetan gitu cuma
sekedar ingin tahu. Saya yakin dia ada maksud tersembunyi dibalik bertanya ini
itu pada saya, apa dia ingin menyusul saya menuju jenjang pelaminan? Haha..kita
tunggu saja kabar dari dia. Teman saya (Ms Fish) dan saya (Opi) akan menjawab segala
kegalauannya..(ini semua copyan chat
dia ke saya via LINE tapi saya ketik jawabannya disini semua biar dia baca blog saya.hehe..)
Ms
Fish
: Kapan kita menentukan siap untuk menikah?
Opi
: Hmm, kapan ya, menurut pengalaman pribadiku sih saat hati ini yakin dengan
orang yang menemani kita selama ini, kalau masih berpikir banyak orang yang
lebih diluar sana, artinya kamu belum siap. Karena persoalan menikah bukan
seperti pakai baju, bisa ganti-ganti seenaknya saat menemukan yang lebih nyaman
dan menarik, satu lagi menikah bukan kayak lomba balap karung ya, siapa dulu-duluan sampe finish (menikah). Yah, aku sih berdoa juga minta petunjuk dari Tuhan, kalau kami
berjodoh, tolong berikan kami jalan. Udah gitu aja.
Ms
Fish
: Terus gimana kamu bisa yakin itu ‘orangnya’?
Opi : Tau itu orangnya ya karena dia pacarku, masa aku pacaran ama dia nikahnya
sama pacar orang lain (ya gatau kasus orang beda-beda ya). Aku uda pacaran 4
tahun, keluarga juga sudah saling kenal, kami sudah berada di saling nyaman contohnya
bisa kentut di depan pasangan. Dan kalau kamu berpikir ada yang lebih baik dari
pasanganmu, ya jelas, juga pasti ada yang jauh lebih dari kamu. Jadi itu sih
terserah kamu, ga bisa ditanya dan diukur sama seperti orang lain.
Ms
Fish
: Tujuan menikah saat ini itu apa?
Opi
: (dikasi opsi tapi ga saya cantumin) Kalau kami menikah karena memang sudah
direncanakan dari setahun lalu ( baca : The Proposal). Tujuannya ya, membentuk
keluarga yang bahagia, tidak terlepas juga karena memang sudah cukup umur, kami
memikirkan untuk rencana ke depannya apa saja. Seperti punya anak, lanjut
sekolah dan perencanaan financial kedepan. Aku sih dikasi contoh sama pacarku
kalau umur 27 punya anak, 20 tahun lagi dia belum pensiun dan aku masih kuat
bekerja jadi kami masih bisa membiayai kuliahnya. Ya, itu salah satu
pertimbangan, masih banyak pertimbangan lainnya kok. Capek aku ngetiknya.
Ms
Fish
: Haruskah kita dekat dulu dengan keluarga calon suami
sebelum menikah?
Opi
: Kalau aku jujur ya, karena aku LDR dengan pacarku dan orang tua pacarku
tinggal beda pulau juga, jadi aku sangat amat jarang bertemu mereka. Meskipun adik-adiknya
ada di Bali tapi aku juga jarang bertamu ke rumah mereka, aku pergi ke sana
kalau pacarku pulang ke Bali aja. Menurutku kita tidak perlu berusaha
berlebihan menjadi sangat amat dekat dengan keluarga calon suami, kenapa? Karena
sebentar lagi kita akan menjadi keluarga, dan pelan-pelan akan saling mengenal
satu sama lain. Bukannya aku bilang ga boleh deket dengan keluarga calon suami,
boleh kok bagus lagi, tapi yang berlebihan dan terkesan fake itu yang aku pribadi ga suka. Aku lebih suka dikenal apa
adanya aku oleh calon keluargaku nanti.
Ms
Fish
: Kalau LDR kapan baiknya menikah? Lalu kalau kamu
hamil, gimana? Kan ga ada suami yang nungguin?
Opi
: Ga ada perbedaan khusus untuk LDR dan non LDR menurutku, saat kamu yakin dengan
orang itu, udah nikah aja.hahhaha… Untuk nanti saat hamil ya, sebelumnya aku
sudah berunding dengan pacarku kalau aku hamil nanti aku tetap di Bali dengan
Ninik (oma) dan adik-adiknya, karena aku ingin dekat dengan ibuku, gapapa ga
ditemenin mama mertua atau suami. Berusaha jadi bumil yang mandiri, semoga
anakku nanti juga mandiri ga manying-manying..hehe..
karena itu permintaanku jadi aku tidak mempermasalahkan hal itu. Toh banyak
banget yang hamil LDR kok jaman sekarang. Udah ah, lelah ngetik ini jawabin
pertanyaanmu (tetep aja masih ngetik), nanti disambung lagi deh nanya-nanyanya
ya…
Cukup sekian dulu perbincangan
kami ya reader, ini murni pendapat pribadi saya yaa, kalau ada yang kurang
berkenan, silakan. Masing-masing orang punya hak berpendapat kan? Menurut pendapat kalian, kapan kalian akan menikah?
Q n A yg bermanfaat banget nea... 'kami' tinggal saling menemukan aja, kalo udah bertemu trs dia langsung ngajak nikah, Yes I will
ReplyDeleteBtw, beberapa temenku juga banyak yg LDR setelah nikah, LDR pas lagi hamil, tapi mereka bisa ngatasin itu semua dgn baik. Astungkare kamu jg, dan kesempatan itu jadi buat kita lebih mengenal keluarga suami nanti yes hehe...
Iyes pa, ini pilihanku sih untuk LDR dgn suami. Sebenernya bisa aja bareng dia ke Jakarta, tp pilihanku sih..hehe..
DeleteSemoga kamu menemukan pasangan hidupmu dengan segera ya pa :*