Postingan ini saya buat
atas request teman saya, saat saya asik chat-chatan di grup karena saya
dilanda kebosanan saat jaga klinik akibat sepinya pasien. Teman saya bertanya,
“Kamu pernah gak nemu pengalaman unik dengan pasien saat jaga?” Seketika itu
saya langsung teringat dengan kejadian kira-kira 5 bulan yang lalu dimana saat
itu saya sedang off jaga di klinik
KUNTI MEDIKA, saat beres-beres di rumah saya ingin mengambil charger Hp yang biasa saya letakan di
dalam tas ransel yang selalu saya bawa saat pergi bekerja. Namun saya tidak
dapat menemukan charger itu di dalam tas saya, kemudian saya mencari di
sekeliling kamar, nihil. Oke, saya kembali mengingat kapan terakhir saya men-charge Hp saya, dan itu adalah kemarin
sorenya saat saya jaga sore di klinik KUNTI MEDIKA, berarti saya lupa untuk
mencabut charger Hp saya dan masih
tertinggal di klinik itu. Haduh, saya males banget sebenarnya untuk bolak balik
hanya demi mengambil charger Hp, tapi kalau tidak saya ambil, Hp saya akan mati
sampai besok dong! Akhirnya setelah melalui berbagai pertimbangan, saya
memutuskan untuk mengambil charger
saja, daripada suami marah-marah gara-gara Hp saya mati, ya kan? Jarak lumayan
jauh Denpasar-Seminyak itu yang sebenarnya membuat saya malas. Apalagi kalau
ditambah kemacetan jalanan saat siang hari,hmm..
Hari itu harusnya yang
berjaga pagi adalah para pemilik kliniknya, pemilik klinik adalah seorang
perawat dan juga seorang dokter. Saat saya tiba di klinik ternyata mereka
sedang sibuk mengurus surat perpanjangan kontrak bangunan klinik dengan si
pemilik bangunan, akhirnya saya masuk dan menyapa mereka yang sedang sibuk dan
kemudian mengambil charger saya.
Mereka bertanya kenapa saya datangnya jauh lebih awal dari jadwal? Yup, saya
dijadwalkan jaga sore di sana hari itu, saya lalu menunjukkan charger yang saya
ambil, mereka tertawa. Karena saya tiba di klinik sekitar pukul 12.30 dimana
udara di luar panas sekali, jadilah saya menumpang ngadem di klinik sekitar 1
jam-an. Kemudian saya berpikir, kenapa saya tidak diam disini saja sambil
menunggu jam jaga saya yang mulai pukul 15.00, daripada bolak balik pulang,
udah capek panas lagi. Akhirnya saya memutuskan untuk menunggu jam jaga di
klinik saja. Hingga mendekati saat pergantian shift, petugas shift
sebelumnya sudah pulang namun perawat yang akan berjaga bersama saya belum
muncul juga, saya menunggu perawatnya sambil menonton tv kabel tiba-tiba muncullah
dua orang laki-laki mengendarai satu motor sport,
kemudian salah satu dari mereka masuk
dan berkata,
“Bisa tolong dibersihin
luka gak?”
“Oh,ya bawa masuk saja
langsung” jawab saya
Setelah melakukan
anamnesis singkat dan mnegecek tanda-tanda vital, akhirnya saya rawat luka
sendirian tanpa ditemani perawat. Luka di badan pasien cukup banyak, di
dominasi luka lecet dan saya yakin itu luka karena kecelakaan lalu lintas,
mungkin dia terseret motor yang ia kendarai, karena luka terparah hanya pada
satu sisi tubuh saja. Akhirnya saya mengerjakan perawatan luka sambil
mengobrol-ngobrol dan menanyakan kronologis kecelakaan dengan pasien, pasien
menceritakan kalau dia tadi baru saja dari kosan temannya dan sedang dalam
perjalanan menuju kosannya dimana kecelakaan itu terjadi. Dia merantau dari
kampungnya yang ada di daerah Bali Utara untuk mencoba peruntungan sebagai
pegawai lepasan di sebuah Hotel di daerah Seminyak dan dia baru bekerja 1 bulan
di Seminyak. Lalu saya bertanya siapa orang yang menolongnya dan membawanya ke
klinik ini, dia bilang ga kenal, orang itu hanya spontan saja membawanya ke
klinik saat dilihat dirinya terkapar di jalan. Kemudian saya bertanya pada si
penolong yang awalnya duduk di ruang tunggu masuk ke ruang periksa, saya cross check kronologi kecelakaannya, dia
pun tidak tahu karena si korban sudah terkapar begitu saja dijalan, dia berkata
dia hanya kebetulan saja lewat dan merasa kasihan dengan si pasien yang
terkapar di jalan, jadi langsung dia ajak ke sini. Saya basa basi menanyakan
asal si penolong sambil tetap merawat luka pasien, ternyata si penolong
merupakan perantau dari pulau sebelah. Selesai memberikan obat dan merawat luka
(untungnya cuma luka lecet dan tidak terdapat tanda-tanda patah tulang ataupun
yang lainnya), si pasien menanyakan apakah saya bawa charger, karena dia ingin menelpon temannya untuk meminta di
jemput. Saya berikan charger saya
kemudian, dia mulai menghubungi temannya, tapi sayang, temannya sedang sibuk di
tempat kerja. Si pasien kemudian berkata pelan pada saya,
“Maaf dok, saya
sedang gak bawa dompet, nanti saya ambil uang ke kos dulu”
“Oh, iya, gapapa, besok dibayar juga gak papa” jawab
saya
Si pasien sendiri tidak
memiliki jaminan kesehatan apapun untuk dirinya, sehingga termasuk dalam pasien
umum. Kemudian si penolong tadi masuk ke dalam klinik (saat proses merawat luka
orang yang menolong si pasien keluar, mungkin untuk membeli minum atau apalah,
saya juga tidak tau), si pasien mengucapkan terimakasih karena sudah diantar ke klinik dan dia sekarang dia menunggu temannya selesai bekerja untuk menjemputnya. Si penolong kemudian melirik di
atas meja, saya sedang menulis data di buku register, dia langsung bertanya,
“Berapa biayanya dok?”
Saya jawab sesuai
dengan nominal ketentuan yang ditetapkan oleh klinik, tanpa basa basi kemudian di keluar
membuka sadel motor dan langsung membayar sesuai nominal yang saya katakan
sebelumnya, dimana sebelum itu dia sudah di larang oleh pasien agar tidak
membayar biaya perawatannya. Tetapi si penolong bersikeras membayar, akhirnya
si pasien menangis terharu, saya sendiri juga merasa kagum pada kebaikan hati
si penolong. Setelah itu si pasien memeluk penolongnya dan mengucapkan terimakasih.
Si penolong kemudian berkata, “Namanya kita di jalan, kita tidak tau apa yang
bakal terjadi. Sama-sama harus saling tolong lah” sambil tersenyum. Diluar isu
SARA dan saling sindir ataupun saling benci antar ras tau agama yang berbeda, saya melihat secara nyata inilah Indonesia yang sesungguhnya. Toleransi, tolong menolong tidak peduli apapun agama
kita, apakah kita saling mengenal atau tidak, saya yakin semua agama mengajarkan umatnya untuk menolong orang yang
sedang mengalami kesusahan, karena saya percaya kita masih punya hati nurani.
|
sumber foto :google |